Digeprek, dan dicampur menggunakan tangan langsung, atau dalam bahasa sehari-hari masyarakat Kotamobagu ‘Ojo’ membuat mie asal Kotamobagu sedikit berbeda dengan mie pabrikan.
Industri Mie Ojo Putri Garuda, milik Nurlina Damopolii (36), yang beralamat di jalan Gembira, Kelurahan Motoboi Kecil (Motcil), Kecamatan Kotamobagu Selatan (Kotsel), misalnya, ‘diburu’ oleh hampir semua kantin dan caffe di kotamobagu.
“Awalnya, empat pembuatan mie ojo ini adalah sebuah warung. Kemudian dialihfungsikan menjadi kantin kecil. Karena kualitas dan rasa mie yang Ia buat cukup banyak peminat, sehingga akhirnya saya memutuskan untuk memperluas usaha dengan menjadi distributor Mie Ojo yang akan dijual di setiap kantin maupun caffe-caffecyang ada di Kotamobagu,” jelasnya, Kamis (18/10/2018).
Nurlina menjelskan, usaha ini sudah 6 tahun digeluti. Dan sejauh ini, sudah banyak pelanggan tetapnya.
“Dalam sehari bisa menghabiskan 4 sak tepung untuk memenuhi permintaan pelanggannya. Sebab, para pelanggannya tidak hanya dalam kota saja, namun juga datang dari luar Kotamobagu. Permintaan juga banyak, ada yang dari Gorontalo, Manado,” ujarnya.
Diakuinya, usaha tersebut, ibu 2 anak ini mampu meraup ratusan ribu keuntungan perharinya.
“Harganya kan per kilogram itu 11 ribu, sedangkan dalam satu sak terigu itu terdapat 33 kilogram, jika dikalikan empat sak, lumayanlah buat tambah-tambah penghasilan suami,” terangnya
Meski demikian, Nurlina masih mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk memperluas usaha.
“Tentu masih banyak yang kurang disini, seperti mesin campur. Waktu itu juga saya sudah masukan proposal sesuai instruksi dari dinas periduatrian, namun hingfa sekarang bantuannya belum ada, sehingga saya berharap bantuan berupa mesin tersebut dapat diberikan oleh pemerintah untuk mengembangkan usaha ini,” pungkasnya.
Tim Infokini News