Ketika Buku Melawan Stigma, Ruang Literatur Menghidupkan Kembali Taman Kota yang Lama Dipandang Gelap

oleh -83 Dilihat
oleh
Kegiatan sekelompok Mahasiswa menggelar Ruang Literatur lengkap dengan lapak baca di Taman Kota Kotamobagu untuk menghapus stigma negatif dan menghidupkan kembali budaya literasi. Senin 24 November 2025. (Foto: Nando)

IKNews, Kotamobagu – Di tengah riuhnya aktivitas harian di Taman Kota Kotamobagu, setiap pekan terlihat pemandangan yang berbeda. Sekelompok mahasiswa duduk melingkar, membaca, berdiskusi, dan saling bertukar gagasan. Mereka menamai ruang kecil itu Ruang Literatur Baca Dibaca Membaca.

‎Kegiatan literasi ini digagas oleh sejumlah Komisariat Himpunan Mahasiswa Islam HMI Cabang Bolmong Raya. Terlibat di dalamnya Komisariat STMIK, STIE Widya Dharma, Insan Cita, Ekonomi UDK, Kehutanan UDK, Pertanian UDK dan kelompok paguyuban bernama Formasi Boltim. Semangat lintas kampus ini menjadikan Ruang Literatur sebagai gerakan kolektif yang tumbuh dari keresahan bersama.

‎Salah satu yang menarik dari kegiatan ini adalah hadirnya lapak baca. Para mahasiswa menyediakan deretan buku yang dapat dibaca siapa saja tanpa syarat. Pengunjung taman, anak anak, hingga orang tua dipersilakan membuka, membaca, dan menikmati buku buku yang tersedia. Lapak baca ini menjadi simbol bahwa ruang publik adalah milik semua kalangan dan layak diisi dengan aktivitas yang mencerdaskan.

‎Taman Kota Kotamobagu sendiri bukanlah ruang yang asing dari stigma negatif. Bertahun tahun, area publik ini kerap disebut sebagai tempat terjadinya perbuatan maksiat termasuk praktik prostitusi terselubung. Persepsi tersebut terlanjur melekat dalam ingatan sebagian masyarakat.

Di sinilah kehadiran Ruang Literatur menjadi penting. Salah satu pengurus Komisariat STMIK Holis Kadili menjelaskan bahwa kegiatan ini lahir dari dorongan kuat untuk memperbaiki citra taman kota.

‎“Kegiatan ini adalah bentuk keresahan kami terkait pemanfaatan infrastruktur yang ada di Kotamobagu khususnya taman kota. Selama ini taman kota distigma sebagai tempat prostitusi atau aktivitas negatif lainnya. Kami ingin mengubah stigma itu,” ujar Holis Senin 24 November 2025.

Menurutnya, mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki tanggung jawab moral untuk menghidupkan kembali fungsi ruang publik.

‎“Insyaallah kegiatan ini akan menjadi agenda berkelanjutan agar taman kota kembali digunakan untuk hal hal positif dan bermanfaat,” tambahnya.

Dengan buku sebagai simbol pencerahan dan taman kota sebagai ruang ekspresi, Ruang Literatur perlahan membawa angin baru. Ruang yang dulu distigma negatif kini mulai berubah menjadi taman gagasan, taman membaca, dan taman harapan bagi generasi muda Kotamobagu. (Mg01)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.