INFOKINI.NEWS, KOTAMOBAGU – Berdasarkan data Dinas Pendidikan (Disdik), angka putus sekolah di 2018 untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) mencapai 0,18 persen atau 20 dari 11.315 ribu siswa. Sedangkan untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) 0,72 persen atau 56 dari 7.806 siswa.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Kotamobagu Rukmini Simbala mengatakan, kebanyakan siswa yang putus sekolah disebabkan faktor ekonomi dan lingkungan. “Faktor keluarga juga sangat mempengaruhi, ada yang orang tuanya pindah dan tidak sempat mengurus kepindahan anaknya,” kata Simbala.
Lanjut Simbala, faktor ekonomi paling dominan penyebab putusnya proses pendidikan anak. “Kadang-kadang orang tua yang bekerja di luar daerah kemudian anaknya dititip kepada keluarga. Pada akhirnya anak itu terlantar dan tidak lagi melanjutkan sekolahnya,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Rastono Sumardi menambahkan, angka putus sekolah di 2018 menurun dibandingkan pada 2017 lalu. “Tapi jumlah itu menurut saya masih termasuk angka yang tidak memuaskan. Karena masih ada anak putus sekolah. Sehingga kami akan terus berupaya untuk menekan angka putus sekolah ini,” kata Rastono.
Menurutnya, salah satu upaya pemerintah dalam menekan angka putus sekolah adalah dengan menyediakan fasilitas dan biaya sekolah digratiskan. “Ada program Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan juga anak asuh. Sasarannya keluarga kurang mampu untuk program anak asuh dan ada program untuk mengembalikan anak yang putus sekolah kembali ke sekolah. Sehingga diharapkan angka putus sekolah semakin menurun dan minat sekolah dari anak-anak lebih meningkat,” pungkasnya.
Zakir Mokoginta