Menembus Jalan Panjang, Meneguhkan Komitmen: Catatan Perjalanan Ketum PJS di Tanah Sulawesi Tengah

oleh -58 Dilihat
Gambar: Menembus Jalan Panjang, Meneguhkan Komitmen: Catatan Perjalanan Ketum PJS di Tanah Sulawesi Tengah.

IKNews, SULTENG – selalu punya kisah yang tak biasa. Di balik pegunungan yang memanjang, jalan berliku, dan laut biru yang membatasi pulau-pulau, ada semangat yang tumbuh — semangat untuk membangun, menguatkan, dan menegakkan marwah organisasi wartawan di seluruh pelosok negeri.

Pekan lalu, saya menempuh perjalanan panjang dari Kota Palu menuju tiga kabupaten: Tojo Una-una (Touna),Banggai, dan Banggai Kepulauan (Bangkep).

Perjalanan darat itu memakan waktu sekitar sebelas jam, melewati Parigi Moutong dan Poso.

Meski melelahkan, setiap kilometer perjalanan menyimpan cerita, tawa, dan makna yang sulit dilupakan.

Dari Cerita Menjadi Jejak Nyata

Sejak kecil, saya hanya mengenal Poso lewat berita dan cerita. Kini, saya menyaksikannya dengan mata kepala sendiri — sebuah daerah indah yang dihuni oleh masyarakat beragam agama dan budaya yang hidup berdampingan dengan damai.

Di sanalah berdiri Pondok Pesantren Jontor, salah satu pesantren legendaris di tanah Sulawesi yang telah melahirkan banyak santri tangguh dan berilmu.

Pagi itu, sekitar pukul 10.00 WITA, saya berangkat menuju Touna bersama Marwan — wartawan asal Palu berambut gondrong yang penuh semangat. Baru pertama kali bertemu, tapi rasanya seperti sudah lama bersahabat.

Bersama kami juga ikut, Selfie, wartawati yang kini menerukan titian jejak jurnalis suaminya yang meninggal saat berada di Jakarta bebebrapa waktu lalu.

Ia bersama anaknya yang masih kecil yang diharapkan dapat meneruskan profesi ayahnya.

Sepanjang perjalanan, kami berbincang tentang dunia pers, tantangan di lapangan, dan harapan besar bagi masa depan jurnalisme daerah.

Marwan bukan sekadar rekan perjalanan, ia juga menjadi saksi setiap langkah perjalanan saya selama kunjungan kerja di Sulawesi Tengah.

Dari Touna hingga Banggai Kepulauan, ia terus mendampingi, bersama rekan-rekan pengurus DPC yang penuh dedikasi.

Membenahi, Menguatkan, dan Menyelamatkan

Kunjungan ini bukan sekadar perjalanan silaturahmi. Saya datang memenuhi undangan DPC untuk memberikan materi seminar bertajuk Strategi Aparatur Pemerintah Menangkal Gerakan Wartawan Abal-abal.

Sebuah tema yang sangat relevan di tengah maraknya oknum yang mengatasnamakan profesi wartawan untuk menekan atau memeras kepala desa dan kepala sekolah.

Fenomena seperti ini mencederai profesi yang sejatinya mulia.

Selain seminar, para pengurus di tiga kabupaten juga menggelar Musyawarah Cabang (Muscab) pertama mereka — sebuah tonggak penting dalam pembentukan struktur PJS di daerah.

Namun, ketidakhadiran Ketua dan Pengurus DPD Sulawesi Tengah tanpa konfirmasi membuat situasi menjadi pelik. Tidak ada mandat, tidak ada kepastian.

Sebagai Ketua Umum, saya tidak punya banyak pilihan. Saya mengambil alih kendali dan memimpin langsung jalannya Muscab, agar semangat teman-teman di daerah tidak padam.

Saya sadar langkah ini berat, tapi lebih berat lagi membiarkan kerja keras pengurus DPC sia-sia.

Di depan Bupati, Wakil Bupati, dan unsur Forkopimda, acara tetap berjalan dengan tertib dan bermartabat.

Bagi saya, keputusan ini bukan soal kekuasaan. Ini soal tanggung jawab — tentang menjaga wajah organisasi agar tetap bersinar di tengah keterbatasan dan ujian.

Karena organisasi yang sehat adalah organisasi yang mampu berdiri tegak bahkan di saat sulit.

Kebersamaan yang Menyatu dalam Satu Rumah

Perjalanan ke empat daerah di Sulawesi Tengah ini meninggalkan banyak kenangan berharga. Dalam perjalanan, kami bukan hanya berbagi tugas, tapi juga tawa dan cerita. Rasanya seperti satu keluarga besar yang menyatu dalam rumah bernama PJS.

Saya mengenal lebih dekat para pengurus DPC: Bang Jefriyanto (Ketua DPC Touna) yang tegas namun ramah,
Bang Muis dan Bang Rival (Banggai) yang penuh semangat, Bang Victor (Bangkep) yang berdedikasi, Bang Nursabdin (Banggai Laut) yang visioner,
Bang Ruslan (Buol) yang tangguh,
serta Bang Marwan, yang kini dipercaya sebagai Plt DPC Kota Palu.

Bang Aat, Penasehat DPC Banggai yang mendampingi selalu saat di Luwuk.
Tak lupa, Wasekjen DPP Bang Budi Dako, sosok energik yang terus menggerakkan PJS di Sulawesi Tengah.

Mereka adalah wajah-wajah muda yang memancarkan semangat baru — semangat membangun organisasi dengan hati, dengan kerja, dan dengan kebersamaan.

Hikmah di Balik Perjalanan

Sehari setelah saya tiba kembali di Jakarta, kabar duka datang. Jalur darat yang kami lalui sehari sebelumnya tertutup akibat longsor. Beberapa jembatan rusak dihantam banjir bandang.

Jalur Palu–Touna yang kemarin kami lintasi dengan aman, kini tak lagi bisa dilewati.

Saya terdiam cukup lama. Teringat wajah-wajah sahabat seperjalanan, dan bagaimana kami tertawa di sepanjang jalan itu. Sungguh, hanya karena pertolongan Tuhan kami bisa selamat. Setiap langkah dalam perjalanan ini terasa sebagai anugerah, setiap pertemuan menjadi pengingat betapa pentingnya rasa syukur.

Perjalanan ini memberi saya pelajaran berharga: bahwa tanggung jawab, jika dijalankan dengan tulus,selalu menemukan jalannya sendiri.

Bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti, melainkan peluang untuk membuktikan keikhlasan.

Mari kita terus menjaga semangat ini.
Jangan mengeluh dalam keterbatasan, jangan mundur dalam tekanan.

Karena apa yang kita lakukan bukan semata untuk organisasi, tetapi untuk mengangkat derajat wartawan Indonesia agar semakin kompeten dan profesional.

Mari berdoa untuk masyarakat Sulawesi Tengah agar bencana ini segera berlalu, dan kehidupan bisa kembali pulih.

Dan semoga PJS terus menjadi rumah besar yang menumbuhkan harapan, memperjuangkan kebenaran, dan menghadirkan berkah bagi banyak orang. *

(Refleksi Perjalanan dan Pengabdian)
Oleh : Mahmud Marhaba, Ketua Umum PJS

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.