IKNews, AMPANA – Tapak Suci Putera Muhammadiyah di Kabupaten Tojo Una-Una kini memasuki era baru. Tak lagi sekadar organisasi bela diri, perguruan ini sedang bersiap menjadi mesin pembentuk generasi muda tangguh dan berprestasi — di bawah komando Sutrianto, S.H., K.Ka., anggota DPRD yang dikenal akrab dengan masyarakat akar rumput.
Pemilihan Ketua Umum Pimpinan Daerah (Pimda) 326 Tapak Suci Touna itu berlangsung dalam Musyawarah Daerah (MUSDA) pada Kamis, 11 September 2025, di SDN 4 Pusungi, Kecamatan Ampana Tete. Tak ada drama pemungutan suara, karena Sutrianto terpilih secara aklamasi — dan diterima dengan antusias.
Di luar kebiasaan, memang. Seorang politisi memimpin perguruan silat? Tapi bagi Sutrianto, Tapak Suci bukan tempat asing. Ia bukan “orang luar” yang datang memimpin, melainkan seorang pendekar yang pulang ke rumah.
“Tapak Suci itu bukan sekadar olahraga buat saya. Ia yang membentuk karakter saya sejak remaja — soal disiplin, kerja keras, dan nilai-nilai luhur,” ungkapnya dalam wawancara khusus dengan wartawan seusai terpilih.
Sutrianto memang bukan nama baru di gelanggang Tapak Suci. Ia mengaku tumbuh bersama perguruan itu, menjadikannya bagian penting dalam perjalanan hidup — bahkan sebelum ia melangkah ke dunia politik.
Kini, dengan dua peran besar di pundaknya — sebagai anggota DPRD dan Ketua Tapak Suci — ia siap menjadikan pencak silat bukan hanya sebagai ajang adu fisik, tapi sarana pembinaan karakter anak muda Touna.
“Sebagai Ketua, saya ingin melahirkan pesilat yang tidak hanya tangguh secara teknik, tapi juga punya mental kuat, spiritualitas tinggi, dan mampu berkontribusi bagi masyarakat,” tegasnya.
Di bawah kepemimpinan baru ini, Tapak Suci Touna tak ingin hanya jadi penonton. Sutrianto membidik dua prioritas: kaderisasi serius dan prestasi berkelas. Ia menggagas program pelatihan atlet sejak usia dini, pemantapan teknik, serta akses pada turnamen di berbagai level.
“Kami ingin Tapak Suci Touna jadi lumbung atlet pencak silat. Tak hanya di Sulawesi, tapi juga di kancah nasional dan internasional,” katanya penuh semangat.
Tekad itu bukan tanpa dasar. Tapak Suci kini telah berdiri di 24 negara, berdasarkan data peserta Kejuaraan Dunia Tapak Suci 2025. Fakta itu jadi pemantik motivasi — terlebih, Indonesia adalah tuan rumah perhelatan tersebut.
“Kalau Tapak Suci sudah sejauh itu jangkauannya, masa kita di sini cuma jadi penggembira?” tantangnya.
Optimisme terhadap kepemimpinan Sutrianto juga datang dari internal organisasi. Irfan, S.Pd., Ketua Panitia MUSDA, menilai kombinasi antara jaringan politik dan akar budaya silat yang dimiliki Sutrianto bisa menjadi motor perubahan.
“Pengalaman beliau di DPRD akan sangat membantu dalam membangun jejaring dan mencari dukungan bagi pengembangan Tapak Suci,” kata Irfan.
Momen terpilihnya Sutrianto diyakini menjadi titik balik bagi Tapak Suci Touna. Dari organisasi pencak silat di daerah, menjadi wadah pembinaan atlet tangguh, dengan spirit dakwah dan pengabdian pada masyarakat.
Jika benar janji dan visinya terlaksana, bukan mustahil dalam waktu tak lama, nama Tojo Una-Una tak hanya terdengar di ruang sidang DPRD, tapi juga bergema di gelanggang silat tingkat dunia. (Mg02/*)