Sentuhan Riset di Tanah Toraja: UMKM Belajar Desain Produk dari BRIN

oleh -75 Dilihat
Gambar: Pelaku UMKM lokal mengikuti sesi pelatihan desain produk yang digelar BRIN di objek wisata Sakpak Bayo-Bayo, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, pada Jumat, 13 September 2025. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kualitas dan daya saing produk lokal melalui pendekatan riset dan inovasi. Foto : Tim Humas BRIN.

IKNews, TANA TORAJA – Suasana sejuk objek wisata Sakpak Bayo-Bayo di Tana Toraja berubah menjadi ruang belajar terbuka pada Jumat (13/09/2025) lalu. Bukan wisata biasa, tempat ini menjadi saksi bertemunya ilmu riset, desain produk, dan semangat para pelaku UMKM lokal dalam sebuah pelatihan langsung yang digelar oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Desain Produk ini bukan sekadar acara formalitas. Di tengah lanskap pegunungan Toraja yang memukau, para pelaku UMKM diajak untuk memikirkan ulang wajah produknya — dari kemasan, citra, hingga bagaimana riset bisa menjadi jalan keluar untuk memperpanjang umur simpan produk pangan hingga 18 bulan.

“Bayangkan, makanan yang biasanya hanya tahan seminggu, bisa dikalengkan dan awet lebih dari setahun. Itu semua berkat riset. Ini bukan hanya soal teknologi, tapi soal bagaimana UMKM kita bisa menembus pasar lebih luas,” ujar Ir. H. Latinro La Tunrung, anggota Komisi X DPR RI, di hadapan peserta pelatihan.

Menurutnya, UMKM tak cukup hanya mengandalkan keunikan lokal. Tanpa riset dan desain yang tepat, produk sulit bersaing. Latinro juga menekankan pentingnya kolaborasi antara lembaga riset, pemerintah, dan pelaku usaha agar hasil inovasi benar-benar sampai ke tangan masyarakat.

Hal senada disampaikan oleh Bupati Tana Toraja, dr. Zadrak Tombeg, Sp.A. Ia menyoroti pentingnya penguatan identitas visual produk, terutama bagi komoditas unggulan seperti kopi Toraja.

“Kopi kita sudah dikenal di luar negeri. Tapi kemasannya? Masih banyak yang belum mencerminkan kualitas isi di dalamnya. Ini PR besar kita,” ujar Zadrak.

Peserta pelatihan, yang sebagian besar adalah pelaku UMKM lokal, terlihat antusias mengikuti setiap sesi. Tak sedikit dari mereka yang membawa langsung produk olahan mereka, mulai dari kopi bubuk, keripik singkong, hingga sambal khas Toraja.

Bimtek ini menjadi salah satu upaya konkret menjembatani dunia riset dengan kehidupan nyata pelaku usaha kecil. Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 66 juta unit — kontribusi yang tidak main-main terhadap perekonomian nasional. Namun, tantangan globalisasi dan digitalisasi membuat inovasi menjadi kebutuhan, bukan lagi pilihan.

Di Toraja, langkah kecil menuju transformasi itu sudah dimulai — di kaki pegunungan, di antara deretan rumah Tongkonan, dan di hati para pelaku UMKM yang haus belajar.* (Mg-01)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.