Haul Syekh Abdul Qadir Jadi Ujian Kesiapan Infrastruktur Wisata Religi Kuala Tungkal

oleh -155 Dilihat
Gambar: Bupati Tanjung Jabung Barat Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag. saat meninjau kondisi infrastruktur jalan dan saluran air di sekitar Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat, Senin, 29 September 2025. Kegiatan ini dilakukan menjelang pelaksanaan Haul Akbar Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. (Foto: Diskominfo Tanjab Barat).

IKNews, TANJABBAR — Persiapan jelang pelaksanaan Haul Akbar Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tahun 2025 membuka kembali sorotan pada persoalan infrastruktur penunjang kawasan wisata religi di Kuala Tungkal. Kegiatan religius tahunan yang dipusatkan di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat itu diperkirakan akan menarik ribuan jamaah dari berbagai wilayah, namun kesiapan infrastruktur dasar masih dinilai belum ideal.

Peninjauan langsung yang dilakukan Bupati Tanjung Jabung Barat, Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag., Senin (29/9), memperlihatkan adanya sejumlah kendala di lapangan. Salah satunya adalah kondisi jalan akses utama menuju pondok pesantren yang masih dalam tahap perbaikan. Tak hanya itu, sistem drainase yang buruk di sekitar area pondok juga berpotensi menimbulkan genangan, mengingat curah hujan yang tinggi kerap terjadi pada Oktober.

“Infrastruktur ini bukan hanya penting untuk acara haul, tapi menjadi gambaran wajah pariwisata religi kita. Kalau jalannya rusak dan drainasenya buruk, ini bisa mengurangi kenyamanan pengunjung, bahkan bisa berdampak pada keselamatan,” ujar Bupati saat ditemui di lokasi peninjauan.

Haul Syekh Abdul Qadir selama ini menjadi ikon kegiatan religius tahunan yang tak hanya membawa manfaat spiritual, tetapi juga berdampak langsung pada geliat ekonomi lokal, terutama sektor UMKM dan penginapan di sekitar kota Kuala Tungkal. Namun, manfaat ekonomi ini dinilai tidak akan maksimal bila tidak dibarengi dengan pembenahan infrastruktur penunjang.

Pemerintah daerah diminta tidak hanya fokus pada dukungan teknis seremonial, tetapi mulai menyusun roadmap pengembangan destinasi wisata religi berbasis komunitas. Konsep ini dinilai mampu menggabungkan nilai budaya, spiritual, dan ekonomi lokal secara berkelanjutan.

“Haul ini bukan hanya kegiatan tahunan biasa. Ia sudah menjadi magnet sosial dan budaya. Sudah waktunya pemda melihatnya sebagai bagian dari pengembangan kawasan strategis keagamaan,” ujar seorang pengamat pariwisata lokal.

Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat sendiri mengklaim akan memaksimalkan perbaikan sebelum puncak acara berlangsung pada 1–2 Oktober mendatang. Namun, waktu yang mepet dinilai membuat hasil pekerjaan cenderung bersifat tambal sulam dan belum menyentuh solusi jangka panjang.

Sejumlah pihak berharap Haul 2025 ini bisa menjadi momentum evaluasi serius terhadap arah kebijakan pengembangan wisata religi dan infrastruktur penunjang di wilayah tersebut, agar ke depan acara besar semacam ini tidak hanya menjadi seremonial, melainkan pintu masuk untuk pembangunan yang lebih terarah.* (Mg-02)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.