Dibayangi Pernikahan Dini dan Gizi Buruk, Kuala Betara Berjuang Lawan Stunting dari Hulu

oleh -204 Dilihat
Gambar: Camat Kuala Betara, Badai Permana, S.IP (tengah), membuka kegiatan Diseminasi Pra Publikasi Data Stunting di Aula Kantor Camat Kuala Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat Senin, 15 September 2025. Kegiatan ini menjadi ruang diskusi lintas sektor terkait tingginya angka stunting di wilayah desa. Foto : Mg-02.

IKNews, KUALA BETARA — Di balik semangat formal dalam ruangan aula Kantor Camat Kuala Betara pada Senin (15/9/2025), sebuah kenyataan pahit mencuat: stunting masih menjadi bayang-bayang nyata di desa-desa Kecamatan Kuala Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Tidak hanya karena persoalan gizi buruk, tapi juga pola hidup masyarakat yang berisiko, mulai dari pernikahan dini hingga minimnya kesadaran akan sanitasi.

Itulah yang terungkap dalam kegiatan Diseminasi Pra Publikasi Data Stunting Tingkat Kecamatan, yang menjadi ajang penting untuk membuka data — dan mata — semua pihak yang selama ini mungkin terlalu percaya bahwa persoalan ini bisa selesai lewat poster atau seminar.

Camat Kuala Betara, Badai Permana, S.IP, dalam sambutannya tak lagi menggunakan bahasa basa-basi. Ia menyebut stunting sebagai masalah serius yang memerlukan “serangan balik” dari semua sektor.

“Kalau kita hanya mengandalkan tenaga kesehatan, kita akan kalah. Ini harus jadi gerakan bersama, lintas sektor, lintas desa, dan lintas hati nurani,” ujar Badai, yang langsung memaparkan hasil pra publikasi data stunting di wilayahnya — angka yang masih menunjukkan tanda bahaya di beberapa desa.

Salah satu suara paling lantang datang dari Danramil 419-03/Tungkal Ilir, Kapten Inf Safri Napitupulu. Ia bicara tentang hal yang jarang disentuh dalam forum semacam ini: pernikahan dini dan pergaulan bebas. Ia menyebut dua hal itu sebagai “bom waktu” yang bisa terus menambah angka stunting bila tidak segera ditangani dari akarnya.

“Kami TNI juga prihatin. Ini bukan sekadar soal makanan bergizi. Ini soal nilai-nilai dalam keluarga. Orang tua sudah banyak yang sibuk dengan HP, anak dibiarkan mengasuh diri sendiri,” tegasnya.

Sementara itu, Suparman, SKM, dari Dinas Kesehatan Kabupaten, membawa presentasi tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat. Ia menyoroti sanitasi buruk dan keterbatasan air bersih yang menjadi faktor yang tak kalah penting dalam mencegah stunting sejak kehamilan.

Kepala Puskesmas Parit Deli, Efrizal, SKM, memaparkan tren data stunting dari 2023 hingga 2025. Data yang ia sajikan tak menampilkan kabar baik, tapi justru memperlihatkan betapa fluktuatifnya angka stunting — membuktikan bahwa intervensi yang ada belum sepenuhnya efektif.

Kegiatan ini dihadiri oleh babinsa, bidan desa, dan seluruh kepala desa se-Kecamatan Kuala Betara — para ujung tombak yang kini diharapkan tidak hanya datang ke forum, tapi juga membawa pulang agenda konkret.

Stunting bukan lagi sekadar istilah teknis dalam laporan pemerintah. Di Kuala Betara, ini adalah potret masa depan yang sedang dipertaruhkan.* (Mg-02)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.