Di Tengah Derasnya Tantangan, Tanjab Barat Gaungkan Lagi Arti Penting Pancasila

oleh -144 Dilihat
Gambar: Bupati Tanjung Jabung Barat, Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag., memimpin upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Halaman Kantor Bupati, Rabu, 1 Oktober 2025. Upacara ini menjadi momentum reflektif untuk menegaskan kembali pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa. Foto: Dok. Prokopim Tanjab Barat.

IKNews, TANJABBAR – Di tengah gempuran tantangan global dan meruncingnya perbedaan di dalam negeri, Kabupaten Tanjung Jabung Barat memilih untuk tidak diam. Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang digelar Rabu pagi (01/10) di halaman Kantor Bupati bukan sekadar agenda rutin, tapi menjadi panggung untuk menyuarakan ulang komitmen terhadap nilai-nilai pemersatu bangsa.

Bupati Tanjung Jabung Barat, Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag., yang memimpin langsung upacara sebagai Inspektur, mengajak seluruh peserta untuk tidak sekadar hadir, tetapi juga menghidupi kembali semangat yang terkandung dalam setiap sila Pancasila.

“Membaca Pancasila bukan hanya soal hapal teks. Tapi tentang kesediaan untuk menjalankannya, apalagi di zaman yang mulai rawan kehilangan arah,” ungkap salah satu peserta upacara dari kalangan ASN yang enggan disebutkan namanya.

Tema tahun ini, “Pancasila Perekat Bangsa Menuju Indonesia Raya”, bukan hanya slogan yang ditempel di spanduk. Dalam suasana yang cukup serius, ikrar Hari Kesaktian Pancasila yang dibacakan oleh Ketua Komisi II DPRD Tanjab Barat, Syufrayogi Syaiful, menjadi semacam pengingat keras bahwa persatuan bangsa hari ini tidak datang dengan sendirinya.

“Tantangan terhadap NKRI kini tidak selalu datang dalam bentuk senjata atau penjajahan fisik. Tapi dalam bentuk perpecahan opini, sikap intoleran, dan melemahnya rasa memiliki terhadap bangsa ini,” ujar Syufrayogi dalam ikrarnya.

Upacara ini diikuti oleh berbagai unsur: Forkopimda, jajaran DPRD, para asisten, staf ahli, ASN, TNI, Polri, organisasi wanita, hingga elemen masyarakat. Namun lebih dari jumlah kehadiran, suasana yang muncul adalah perasaan bahwa Pancasila — sebagai fondasi negara — masih relevan dan dibutuhkan.

Di tengah rutinitas birokrasi dan hiruk-pikuk politik lokal, kegiatan seperti ini menjadi ruang untuk meneguhkan kembali hal-hal yang mendasar. Bahwa Indonesia berdiri karena semangat gotong royong, bukan karena keseragaman. Dan Pancasila, dengan segala kesederhanaan bahasanya, tetap menjadi tameng utama bangsa ini.* (Mg-02)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.