Telur Asin Tradisional Damarsari Siap Menembus Pasar Digital

oleh -56 Dilihat
Gambar: Warga Damarsari tengah mengemas telur asin hasil olahan rumahan di salah satu sentra produksi telur asin tradisional desa tersebut, Senin, 30 September 2025. | Foto: Isti/IKN.

IKNews, KENDAL – Di tengah gempuran makanan instan dan produk olahan pabrikan, sebuah desa kecil di Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal, justru mempertahankan tradisi kuliner yang tak lekang zaman: telur asin.

Desa Damarsari dikenal luas sebagai Kampung Peternak Bebek dan sentra pengolahan telur asin. Namun yang menarik, bukan hanya soal cita rasa, tapi bagaimana warga setempat mempertahankan resep tradisional secara turun-temurun, sekaligus mulai menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

“Dulu jualannya hanya di pasar sekitar. Sekarang, anak-anak muda sudah mulai promosi lewat media sosial. Kami belajar sedikit demi sedikit,” ujar Siti Aminah (45), salah satu pengrajin telur asin yang sudah 20 tahun menjalani usaha ini.

Langkah sederhana itu ternyata memberi dampak besar. Permintaan telur asin Damarsari perlahan meningkat, bahkan mulai dilirik pembeli dari luar kabupaten.

Namun geliat ini tidak terjadi begitu saja. Kepala Desa Damarsari, Nur Hadi, menyadari bahwa potensi ini tidak boleh dibiarkan tumbuh liar tanpa dukungan. Ia kini tengah mengupayakan pendirian BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang akan menjadi mesin penggerak UMKM di Damarsari.

“Kami ingin produk warga bisa masuk pasar digital, dijual secara kolektif, dan ada pendampingan. Kalau bisa ekspor, kenapa tidak?” kata Nur Hadi, penuh semangat.

Ia juga menyampaikan pentingnya menciptakan suasana desa yang aman dan kondusif. Pasalnya, jalan utama yang melintasi Damarsari kerap menjadi lokasi kejadian sosial yang meresahkan, meski pelakunya bukan warga desa.

“Kalau kampung aman, orang bisa bekerja dan berusaha tanpa rasa takut. Ini bukan hanya soal ekonomi, tapi soal kenyamanan hidup,” ujarnya.

Di era yang serba cepat ini, Damarsari memilih berjalan dengan pasti. Pelan, tapi punya arah. Dari dapur-dapur warga, telur asin bukan lagi sekadar lauk, tapi simbol perlawanan terhadap arus modernisasi yang menggerus tradisi.* (Mg-02)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.