IKNews, BOLTIM – Suasana di Lapangan Bogani mendadak bergemuruh Sabtu sore (13/09/2025) saat laga panas antara Modayag FC dan Sparing FC Kotamobagu menyuguhkan drama yang tak kalah dari pertandingan profesional. Ribuan pasang mata terpaku pada duel ketat ini, termasuk satu sosok yang paling mencuri perhatian: Bupati Bolaang Mongondow Timur, Oskar Manoppo.
Tanpa pengawalan ketat atau pembatas jarak, Oskar tampak duduk di tribun barat, membaur bersama masyarakat. Langkah tak biasa itu sontak menuai respons positif dari warga yang hadir. Mereka bersorak, bukan karena seremonial, tetapi karena sang pemimpin ikut merasakan denyut semangat sepak bola rakyat secara langsung.
Namun sorotan utama tetap tertuju ke lapangan. Modayag FC yang tampil agresif sejak awal pertandingan, sempat unggul cepat di menit ke-12 lewat tendangan keras dari luar kotak penalti. Sparing FC tak tinggal diam. Serangan balik cepat mereka membuahkan gol penyeimbang sebelum turun minum.
Babak kedua makin memanas. Kedua tim saling bertukar serangan, dan tensi pertandingan sempat memuncak saat wasit harus melerai adu mulut antara dua pemain. Meski tensi tinggi, kedua tim tetap menjaga sportivitas. Di menit-menit akhir, Sparing FC berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2–2, memaksa laga berakhir imbang.
Kehadiran Bupati Oskar tampaknya membawa suntikan semangat tersendiri bagi para pemain. “Tentu ini jadi motivasi lebih, apalagi beliau mau turun langsung ke tribun, nonton bareng masyarakat,” ujar pelatih Modayag FC, Rian Malonda, usai pertandingan.
Turnamen Bupati Cup 2025 kini kian menarik. Laga-laga sengit seperti ini menjadi bukti bahwa gairah sepak bola di Boltim bukan hanya hidup—tapi menyala.
Ajang ini juga membuka ruang bagi para pemain muda untuk unjuk gigi. “Kami ingin bukan cuma kompetisi, tapi jadi tempat lahirnya talenta baru dari Boltim,” kata Ketua Panitia Turnamen, Reza Lumanauw.
Atmosfer di Kotabunan sore itu membuktikan satu hal: sepak bola tetap menjadi bahasa universal yang menyatukan semua kalangan. Entah itu warga biasa, suporter fanatik, atau seorang bupati yang memilih duduk di tanah, bukan di podium kekuasaan.*(Mg-02)