IKNews, KISARAN – Sabtu malam di Aula Hotel Marina, semarak dan sorak sorai mengiringi langkah sepuluh pasang finalis yang melangkah mantap ke atas panggung grand final Pemilihan Duta Pariwisata Asahan 2025. Tapi di balik kemeriahan, panggung malam itu memuat beban lebih dari sekadar gelar: sebuah mandat untuk mempromosikan wajah baru Asahan.
Ajang yang dimulai sejak 23 Juni hingga 30 Agustus ini memang bukan sekadar parade busana daerah dan senyum kamera. Bagi para finalis, ini adalah arena pembuktian—bukan hanya siapa yang paling fasih mempromosikan wisata, tetapi juga siapa yang benar-benar mengerti tentang kampung halamannya.
“Awalnya saya kira ini cuma soal tampil percaya diri. Tapi ternyata, kami diajak turun langsung ke lapangan, berdiskusi tentang isu budaya, bahkan ditantang membuat konten kreatif untuk promosi wisata,” kata Zulham Ramanda Nasution, yang malam itu dinobatkan sebagai Abang Duta Pariwisata Asahan 2025.
Zulham bukan satu-satunya yang mencicipi pengalaman transformasional itu. Di belakang panggung, finalis lain bercerita bagaimana proses seleksi mereka bukan sekadar diukur dari tampilan fisik atau kefasihan berbicara. Ada pelatihan kepemimpinan, diskusi tentang geopark, kunjungan ke desa wisata, hingga simulasi menyusun kampanye digital pariwisata.
Menurut Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Asahan, Drs. H. Witoyo, M.M., pemilihan ini sengaja dirancang untuk menciptakan public figure yang punya nilai lebih.
“Pariwisata itu soal pengalaman, soal cerita. Duta Pariwisata harus mampu membawakan itu dengan cerdas, dengan empati. Mereka harus jadi influencer yang punya konten dan konteks,” ujarnya usai acara.
Dari sisi pemerintah daerah, ajang ini dibaca sebagai langkah strategis memperluas basis promosi wisata. Dengan melibatkan anak muda, Pemkab Asahan ingin menyalurkan semangat branding daerah yang lebih segar dan organik—tidak melulu mengandalkan brosur dan baliho.
“Ini bagian dari marketing tourism yang progresif. Kita butuh anak muda yang paham potensi daerahnya, tapi juga tahu cara menjualnya dengan cara yang kekinian,” tambah Witoyo.
Dalam sesi puncak malam itu, enam nama akhirnya keluar sebagai wajah baru pariwisata Asahan. Di kategori putra, Zulham Ramanda Nasution didapuk sebagai pemenang utama, disusul Habib Alfauzan Tarigan (Wakil I) dan Bagas Kurniawan (Wakil II). Sementara di kategori putri, Deny Yulisa meraih gelar utama, disusul Zilda Laura (Wakil I) dan Kayla Atifa (Wakil II).
Mereka kini memikul tugas tak ringan: menjadi duta di lapangan, bukan hanya di podium. Mereka ditugasi mempromosikan destinasi lokal, membangun narasi positif tentang Asahan, dan bahkan menyusun ide-ide baru yang bisa masuk ke dalam kebijakan promosi wisata.
“Kita berharap para duta ini bukan hanya muncul di acara seremonial. Mereka harus bisa memantik keterlibatan publik, hadir di media sosial dengan konten yang membanggakan Asahan,” tutur Witoyo.
Bagi Zulham dan Deny, gelar yang mereka sandang bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan yang panjang.
“Kalau orang luar mulai mengenal Asahan karena konten atau kampanye kami, itu baru kemenangan sesungguhnya,” ucap Deny sambil tersenyum bangga.* (Mg-02)