IKNews, JEMBER – Karnaval HUT RI ke-80 di Desa Cakru menjadi panggung perlawanan kecil terhadap dominasi hiburan komersial dan budaya instan. Saat desa-desa lain berlomba memamerkan sound system bertenaga besar yang memekakkan telinga, warga Dusun Igir-igir justru tampil nyentrik dengan kentongan bambu — alat komunikasi zaman dulu.
Dalam dunia yang semakin bising, suara kayu saling bertalu justru menyentuh hati. Tidak ada remix musik TikTok, tidak ada dentuman DJ dadakan — hanya ritme yang jujur dan apa adanya.
“Sekarang semua ingin viral, ingin ramai. Tapi kami ingin berarti,” ujar Yanti, salah satu warga yang terlibat. “Kami tidak ikut lomba karnaval untuk menang gaya, tapi untuk mengingat siapa kita.”
Apa yang dilakukan warga Cakru bisa dibaca sebagai kritik halus terhadap komersialisasi perayaan kemerdekaan — yang kian jauh dari semangat kebersamaan dan semakin dekat ke panggung hiburan semata.
Laporan : Sofyan