Beranda Terkini Israel Dukung Kemerdekaan Palestina di Sidang PBB, Ini Alasannya

Israel Dukung Kemerdekaan Palestina di Sidang PBB, Ini Alasannya

87
0
Perdana Menteri Israel Yair Lapid

TNews, INTERNASIONAL– Israel terus menjadi sorotan setelah Perdana Menteri Yair Lapid lantang menyuarakan dukungan pembentukan negara Palestina dalam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-77, Kamis (22/9).

Dalam pidatonya, Lapid menegaskan dukungan Israel terhadap solusi dua negara sebagai cara mengakhiri konflik dengan Palestina.

Dengan solusi tersebut, Palestina dan Israel berdiri sebagai negara berdaulat, merdeka, dan hidup berdampingan. Solusi dua negara memang telah menjadi salah satu resolusi konflik Israel-Palestina yang selama ini didorong komunitas internasional.

Namun, sebelum Lapid menjabat sebagai perdana menteri, Israel tidak pernah secara gamblang menyepakati solusi tersebut. Tel Aviv bahkan berulang kali menentang pembentukan negara Palestina.

“Sebuah kesepakatan dengan Palestina, berdasarkan solusi dua negara untuk dua bangsa adalah hal yang tepat untuk keamanan Israel, untuk ekonomi Israel dan untuk masa depan anak-anak kita,” kata Lapid seperti dikutip Reuters.

“Sejarah ditentukan oleh manusia. Kita perlu memahami sejarah dan menghormatinya dan belajar dari itu, tapi juga bersedia untuk berubah. Demi memilih masa depan daripada masa lalu, memilih perdamaian dari peperangan,” ucap Lapid lagi.

Israel merebut Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza yang merupakan wilayah Palestina saat perang 1967. Berbagai upaya negosiasi telah dilakukan kedua negara namun, perundingan damai Israel-Palestina yang ditengahi Amerika Serikat pun gagal disepakati pada 2014.

Upaya untuk mencapai solusi dua negara antara Israel dan Palestina pun telah lama mandek. Palestina dan kelompok pemerhati HAM menuding Israel terus memperluas daerah pendudukannya terutama di Tepi Barat.

Perang singkat juga beberapa kali terjadi antara milisi Palestina di Jalur Gaza dan militer Israel yang memperburuk prospek perdamaian.

Sejak Lapid menegaskan posisinya terkait solusi dua negara, berbagai pertanyaan pun langsung muncul, terutama mengenai alasan Israel baru menyatakan dukungan secara terbuka ini sekarang.

Menurut, pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Riau, Fahmi Salsabila, mengatakan bahwa pernyataan Lapid cuma upaya untuk mencari dukungan menjelang pemilu legislatif pada 1 November mendatang.

“Biasa itu mendekati pemilu, bisa jadi mencari simpati pendukungnya warga negara Israel keturunan Arab,” kata Fahmi kepada CNNIndonesia.com.

Ia bahkan menegaskan pernyataan Lapid bukan karena ingin damai, tapi semata bermuatan politis.

“Enggak [murni ingin damai]. Sudah biasa menjelang pemilu. Masing mending ini. Biasanya [Israel] menyerang Jalur Gaza untuk mendapat dukungan dari Yahudi garis keras,” ucap Fahmi.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, juga menilai ucapan Lapid omong kosong.

“Ucapan Perdana Menteri tidak terlampau banyak artinya. Hanya sebuah sinyal kepada dunia, khususnya Presiden Amerika Serikat, [Joe] Biden, bahwa Israel tetap berniat baik,” kata Suzi kepada CNNIndonesia.com.

Lebih lanjut, Suzie menyinggung soal Lapid yang berasal dari Partai Yesh Atid. Partai itu dikenal berhaluan tengah atau moderat.

Sementara itu, Presiden AS saat ini, Biden, juga berasal dari Partai Demokrat, yang mengutamakan solusi dua negara.

“Jelas arahan Presiden Biden ke Israel bahwa solusi dua negara perlu dihidupkan kembali,” ujar Suzie.

Omong kosong ini semakin terlihat ketika pasukan Israel dilaporkan menyerbu Jalur Gaza hanya beberapa hari setelah Lapid berpidato di sidang Majelis Umum PBB.

Pada Selasa petang, International Middle East Media melaporkan Angkatan Laut Israel menyerang kapal nelayan Palestina di utara Jalur Gaza, Rafah, dan selatan jalur itu, Beit Lahia.

Di Tepi Barat, konflik juga masih kerap berkecamuk. Pada akhir pekan lalu, pasukan Israel menembak milisi Palestina saat operasi rutin di dekat Nablus.

Arab Saudi menyambut baik dukungan PM Lapid atas solusi dua negara dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina.

Dalam wawancara bersama Al Arabiya TV pada Jumat (23/9), Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengungkapkan pernyataan Lapid tersebut bernada “positif” jika diubah menjadi aksi.

Faisal juga mengungkapkan perdamaian dapat dicapai jika ada dialog langsung antara Israel dan Palestina.

Palestina juga segera merespons pernyataan Lapid tersebut. Presiden Mahmoud Abbas mendesak Israel untuk kembali bernegosiasi dengan negaranya.

“Ujian sebenarnya dari kredibilitas dan keseriusan langkah ini adalah pemerintah Israel kembali ke meja negosiasi secepatnya,” tutur Abbas dalam sidang Majelis Umum PBB pada Jumat (23/9), dikutip dari Reuters.

Sementara itu, mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu marah atas keputusan dan pidato Lapid. Ia menilai hal tersebut sebagai sebuah kelemahan.

“Lapid telah membahayakan masa depan kita dan keberadaan kita di isu Palestina dan isu Iran,” kata Netanyahu merespons pidato Lapid di PBB, dikutip dari i24 News.

Ia lalu berkata, “Malam ini kita telah mendengar pidato yang penuh kelemahan, kekalahan, dan menyerah.”

Tak hanya di Timur Tengah, pernyataan Lapid juga menuai respons dari negara lainnya terutama yang selama ini mendukung Palestina seperti Malaysia dan Indonesia.

Perdana MenteriMalaysiaIsmail Sabri Yaakob mendukung proses perdamaian antaraIsrael danPalestina pada Sabtu (24/9) dini hari.

“Pendirian Malaysia sejak lama sama sekali tidak mendukung Israel dalam organisasi internasional apapun sampai Palestina mendapatkan haknya sebagai negara merdeka,” tulis Ismail Sabri dalam unggahannya di Instagram.

“Malaysia juga mendukung proses perdamaian antara Israel dan Palestina, pun berakhirnya pendudukan Israel di wilayah yang diduduki Palestina,” lanjutnya.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia juga merespons pidato Lapidtersebut.

“Apa yang disampaikan tersebut harapan dari pihak Israel, sementara dari pihak Indonesia, posisi tetap sama,” ujar juru bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah, ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (24/9).

Ia kemudian menyampaikan pada intinya, tercapainya solusi dua negara ditandai dengan diselenggarakannya perundingan yang berarti dan kredibel.

Sumber : CNNIndonesia.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini