IKNews-SULUT – Joune Ganda dan Kevin Lotulung (JG-KWL) menjadi salah satu Pasangan Calon Kepala Daerah 2024 yang sangat “seksi” untuk dibahas.
Sebagai Paslon Bupati dan Wakil Bupati Minahasa Utara nomor urut 2, JG-KWL digadang-gadang sudah mengamankan “tiket” untuk melanjutkan masa pemerintahan berikutnya sebagai Petahana.
Mengapa demikian? Hal ini dikupas tuntas dalam Diskusi Media yang digelar Lembaga Political and Public Policy Studies (P3S), Kamis (24/10/2024).
Diskusi menghadirkan dua narasumber kredibel yang sudah malang-melintang mengamati kancah perpolitikan Internasional, Nasional, termasuk di Sulawesi Utara. Mereka adalah Prof. Albert Kusen dan Dr. Jerry Massie selaku Direktur P3S.
Prof. Kusen menganalisa Pilkada Minut dengan menggunakan empat teori. Di antaranya adalah Teori Incumbent, Teori Permainan, Teori Primordial, dan Teori Opini Publik.
“Sebagai Incumbent, JGKWL sudah sangat menguasai medan politik di Minahasa Utara. Ini meliputi instrumen pemerintahan hingga sipil di tingkatan terbawah,” bukanya.
“Ini diperkuat dengan rekam jejak keduanya, yang bisa dibilang hampir tidak ada celah di masyarakat selama tiga tahun terakhir. Keduanya juga mampu menjaga kepercayaan masyarakat dengan berbagai program populis dan pencapaian-pencapaian di kancah nasional,” tambah Prof. Kusen.
Dari perspektif Teori Permainan, Paslon Incumbent dinilai berperan sebagai pengatur permainan dalam Pilkada. Posisi tersebut makin memperkuat posisi JG-KWL.
“Lewat teori ini, Incumbent memiliki kekuatan dan daya lebih di atas lawannya. Ini sudah menjadi kiat politik klasik yang berlaku universal,” lanjut Prof. Kusen.
Namun begitu, ia memperingatkan JG-KWL dan pendukungnya agar tidak jumawa dengan posisi mereka yang sedang di atas angin; baik secara statistik/survey, koalisi gemuk, mesin partai, dan kekuatan akar rumput yang ada.
“Incumbent tetap jangan sesumbar. Jangan sampai jadi seperti fenomena Daud dan Goliath. Waspadalah terhadap Tsunami Politik, karena sudah banyak contohnya. Dimana kandidat yang digadang-gadang menang, bisa kalah dengan lawan yang mampu membalikan keadaan di saat-saat terakhir,” himbau Guru Besar Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado itu.
“Di era saat ini, opini publik memiliki peran yang lebih dominan dalam menentukan kemenangan kandidat. Siapa yang mampu memanfaatkan ini, dipastikan bisa meraup suara signifikan di tempat pencoblosan nanti,” terang Prof. Kusen.
“Ini juga yang menjadi pekerjaan rumah JG-KWL, supaya mampu mempertahankan opini publik dan rekam jejak positif yang sudah terbangun sampai saat ini. Itu akan jadi salah satu kunci kemenangan mereka. Jangan sampai blunder di akhir saat-saat terakhir,” tutur Prof. Kusen.
Senada dengan itu, Dr. Jerry Massie melengkapi analisa Prof. Kusen dalam menakar kekuatan JG-KWL di Pilkada 2024.
“Survey Litbang Kompas pada 4 Oktober 2024, menyebutkan bahwa JG-KWL berada di angka 60,3 persen. Sedangkan lawannya di angka 23,1 persen. Ini menjadi salah satu ukuran ilmiah untuk mengukur kekuatan JG-KWL,” terangnya.
“Keduanya juga unggul dalam modal kekuatan di ranah Legislatif, dengan didukung 24 kursi DPRD. Belum lagi Koalisi Gemuk mereka yang terdiri dari 15 Partai Politik,” tambah Direktur P3S itu.
Trend positif JG-KWL di mata masyarakat juga sudah dipupuk dengan baik selama tiga tahun terakhir. Ini melalui gaya hidup, teladan iman, teladan moral, pengambilan kebijakan, akuntabilitas, dan profesionalitas dari kedua figur tersebut.
Salah satu modal terkuat JG-KWL yang disoroti Dr. Jerry adalah Cost Politic. Tapi ia berpesan agar mereka tidak bergantung pada hal itu.
“Politik itu dinamis dan statis. Walaupun mereka memiliki Cost Politic yang mumpuni, itu tidak menjadi ukuran utama untuk memenangkan kontestasi. Perkuat juga strategi dan akomodasi politik,” tandas Pengamat Politik Nasional tersebut.
Diskusi media diikuti belasan wartawan Pos Liputan Politik yang ada di Nyiur Melambai. (*)