Solidaritas Lintas Generasi di Rumah Sekda Alfian Matajeng

oleh -47 Dilihat
oleh
Para tokoh birokrasi lintas generasi Kabupaten Tojo Una-Una saat berada di kediaman Sekda Alfian Matajeng usai acara syukuran, Jumat malam, 12 September 2025. Turut hadir Bupati dan Wakil Bupati, mantan Bupati pertama Drs. Damsik Ladjalani, serta mantan Wakil Bupati dan Sekda. (Foto: Budi)

IKNwes, TOUNA — Di bawah langit Tojo Una-Una yang tenang, Jumat malam (12/9/2025), halaman rumah Sekretaris Daerah (Sekda) Alfian Matajeng diisi percakapan penuh nostalgia dan harapan. Bukan sekadar syukuran jabatan, malam itu menjadi semacam temu kangen dan unjuk rasa solidaritas lintas generasi para penggerak roda pemerintahan daerah.

Yang menarik, acara ini bukan digagas sebagai seremonial kaku dengan podium dan protokol. Tidak ada sambutan resmi, tidak juga barisan kursi VIP. Namun, aura yang hadir justru lebih kuat dari sekadar keformalan. Di tengah-tengah tawa ringan dan obrolan santai, berdiri sosok yang dulu pernah mengawali sejarah berdirinya Kabupaten Tojo Una-Una — Drs. Damsik Ladjalani, Bupati pertama periode 2005–2015.

Kehadiran Damsik bersama para tokoh lain — seperti mantan Sekda Taslim DM. Lasupu, mantan Wakil Bupati H. Jamal Juraedjo, Admin Lasimpala, mantan anggota DPRD Yamin Husen, hingga pejabat lama dari era transisi — seolah memberi pesan: perjalanan birokrasi adalah estafet panjang, dan malam itu mereka menyambung tongkat yang sempat mereka pegang.

“Ini bukan soal saya. Ini soal kita. Jabatan tidak ada artinya tanpa yang pernah dan yang akan datang. Saya hanya bagian dari perjalanan panjang Tojo Una-Una,” kata Alfian dengan nada reflektif kepada wartawan IKNwes.

Malam itu juga turut hadir Bupati dan Wakil Bupati Tojo Una-Una saat ini, Ilham Lawidu dan Hj. Surya, menyempurnakan lengkapnya mozaik kekuasaan lintas masa dalam satu tempat. Tidak banyak momentum seperti ini — di mana pemegang jabatan kini dan masa lalu duduk bersisian tanpa sekat.

Di tengah kerinduan akan ruang diskusi antar generasi yang semakin langka dalam dunia birokrasi, momen ini terasa segar. Tidak ada narasi klaim keberhasilan, tidak juga saling menyalahkan masa lalu. Hanya sebuah pertemuan untuk mengingat, merawat, dan meneruskan semangat membangun Touna.

Seorang pejabat senior yang hadir tanpa ingin disebutkan namanya, mengatakan: “Malam ini bukan hanya syukuran, ini momentum simbolik bahwa daerah ini dibangun oleh banyak tangan, bukan satu nama.”

Malam itu, solidaritas bukan sekadar kata, tapi terasa nyata. Di bawah lampu-lampu taman rumah Sekda yang sederhana, masa lalu dan masa kini saling berjabat tangan — memberi ruang bagi masa depan. (Mg-01)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.