IKNews, TOUNA — Gelombang warga terlihat memadati halaman Desa Wakai pagi tadi. Sejak pukul 07.00 WITA, antrean panjang mulai terbentuk di depan meja distribusi beras dan gula. Program pasar murah yang digelar Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, dan UMKM Tojo Una-Una (Disdagperinkop UMKM) kembali hadir, kali ini menyasar tiga kecamatan kepulauan yang selama ini bergantung pada pasokan pangan dari luar pulau.
Pemerintah daerah mengklaim pasar murah ini menjadi salah satu instrumen untuk menahan laju inflasi dan memastikan warga berpenghasilan rendah tetap mendapat akses kebutuhan dasar dengan harga yang masuk akal. Namun, di lapangan, manfaatnya terasa jauh lebih konkret: warga bisa pulang membawa pangan pokok tanpa dirisaukan lonjakan harga.
“Kami ingin memastikan masyarakat di pulau-pulau juga merasakan stabilitas harga. Tidak semua komoditas bisa disuplai karena kendala cuaca, tapi setidaknya kebutuhan utama tetap tersedia,” ujar Arifin Leusa, Kepala Bidang Perdagangan yang mewakili Kadis, saat ditemui di lokasi, Minggu (7/12/2025).
Pasar murah berlangsung selama tiga hari, dimulai 7–9 Desember 2025. Hari pertama digelar di Desa Wakai, Kecamatan Una-Una. Besok, 8 Desember, giliran Desa Lebiti, Kecamatan Togean, dan pada 9 Desember akan ditutup di Kecamatan Batudaka. Dua kecamatan kepulauan lainnya—Walea Besar dan Walea Kepulauan—telah lebih dulu mendapat layanan serupa pada September lalu.
Komoditas yang disalurkan bersifat terbatas namun sangat dibutuhkan. Beras premium dijual seharga Rp 12.000 per kilogram, sementara gula putih dilepas Rp 18.000 per kilogram—harga yang sulit ditemukan di wilayah kepulauan yang ongkos logistiknya kerap melonjak.
Namun, tidak semua kebutuhan bisa dibawa. Minyak goreng kosong akibat keterbatasan stok, sedangkan telur sengaja tidak didistribusikan karena risiko kerusakan saat dibawa melintasi laut dengan ombak tinggi.
Untuk warga seperti Siti Rahma, ibu dua anak, pasar murah ini serupa “angkutan logistik darurat” yang datang tepat waktu.
“Kalau beli beras di warung biasa, harganya jauh lebih tinggi. Ini sangat membantu, apalagi menjelang akhir tahun biasanya harga naik,” ucapnya.
Di beberapa titik, warga bahkan memilih mengantre lebih dari satu jam demi memastikan jatah mereka aman. Antrean berlangsung tertib dengan pengawasan petugas kecamatan.* (Mg02)






