IKNews, TANA TORAJA — Suasana di halaman SPPG Kelurahan Tampo, Kecamatan Mengkendek, Jumat (7/11/2025) pagi, tampak berbeda dari biasanya. Puluhan pelajar berseragam, guru, dan orang tua tampak antusias menyambut peluncuran Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Pemerintah Kabupaten Tana Toraja.
Program ini menjadi langkah nyata pemerintah daerah untuk memastikan anak-anak sekolah di wilayah pegunungan Toraja mendapat asupan gizi yang memadai. Melalui sinergi dengan Satuan Pendidikan Pelayanan Ganda (SPPG), program MBG ditargetkan menjangkau sekitar 2.400 siswa di Kecamatan Mengkendek.
Tahap awal pelaksanaan MBG akan dimulai dari 900 siswa yang tersebar di satu kelurahan dan enam lembang/desa di Mengkendek. Jumlah ini nantinya diperluas secara bertahap hingga menjangkau seluruh 2.400 siswa di kecamatan tersebut.
“Program ini bukan hanya soal makanan, tapi tentang masa depan anak-anak kita. Ketika gizi terpenuhi, semangat belajar pun meningkat,” ujar Lurah Tampo, Israel T. Ranteallo, yang ditemui usai acara peresmian. Ia menambahkan, kehadiran MBG di sekolah-sekolah di wilayahnya diharapkan juga dapat menekan angka ketidakhadiran siswa.
Israel menyebut, sebelum program ini berjalan, sebagian besar siswa kerap datang ke sekolah tanpa sarapan yang cukup. “Sekarang mereka bisa belajar dengan perut kenyang dan pikiran tenang,” katanya.
Peluncuran program ini turut melibatkan berbagai unsur: jajaran pemerintah kecamatan dan kelurahan, TNI-Polri, tenaga pendidik, serta perwakilan orang tua siswa. Mereka bersama-sama menyaksikan prosesi simbolik penyerahan makanan bergizi pertama kepada para murid SD di Tampo.
Sejumlah guru yang ditemui di lokasi menyebut program MBG ini dapat membantu meringankan beban ekonomi keluarga, terutama bagi masyarakat di daerah pedesaan. “Bagi kami di sekolah, ini bukan hanya soal makan gratis, tapi investasi jangka panjang untuk kualitas pendidikan,” tutur seorang guru SD Negeri di Tampo.
Melalui MBG, Pemkab Tana Toraja berharap dapat memperkuat kolaborasi lintas sektor — antara pendidikan, kesehatan, dan sosial — guna menciptakan ekosistem belajar yang sehat dan inklusif.
“Tujuan akhirnya sederhana tapi fundamental: tidak ada anak sekolah yang belajar dalam keadaan lapar,” ujar salah satu pejabat kecamatan yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.* (Mg-02)






