Aroma Bara dan Antrean Panjang, Festival Sate Tegal 2025 Jadi Pesta Rasa Warga Slawi

oleh -13 Dilihat
Gambar: Kepulan asap dari panggangan sate memenuhi udara di depan deretan stand pada Festival Sate Tegal 2025 di Jalan dr. Soetomo, Alun-Alun Hanggawana, Slawi, Kamis, 13 November 2025. Foto: Agung/TN.

IKNews, TEGAL — Asap tipis dari deretan panggangan arang di sepanjang Jalan dr. Soetomo, kawasan Alun-Alun Hanggawana, Kamis (13/11/2025), seakan menjadi penanda bahwa pagi itu Slawi berubah menjadi sebuah dapur raksasa. Dari kejauhan, kipas-kipas para penjaja sate bergerak serempak, memercikkan bara yang mematangkan daging-daging kambing di atas tungku. Suara letupan kecil dari lemak yang luruh ke arang menambah riuh suasana festival kuliner terbesar di Kabupaten Tegal: Festival Sate Tegal 2025.

Saya perlu menepi beberapa kali untuk mencatat suasana, sebab kerumunan terus bergeser mengikuti aroma yang menguar dari 30 warung sate yang membuka stand mereka. Setiap penjual berpacu dengan waktu, membakar tusuk demi tusuk untuk memenuhi antusiasme pengunjung yang membludak.

Tahun ini, panitia membagikan 12.000 tusuk sate gratis—setiap kupon ditukar dengan satu porsi berisi tiga tusuk sate, beberapa potong lontong, dan segelas teh hangat. Saat mencicipi satu porsi, tekstur empuk daging kambing, berpadu kecap manis yang ditaburi irisan bawang merah dan tomat, menghadirkan cita rasa sederhana namun memuaskan—persis seperti yang dijanjikan para penjaja sate Tegal selama ini.

Festival dibuka langsung oleh Bupati Tegal Ischak Maulana Rohman, didampingi Wakil Bupati Ahmad Kholid dan Sekda Amir Makhmud. Gelaran ini juga dirangkai dengan pembukaan MTQH ke-31 Jawa Tengah dan bazaar UMKM di kompleks Pemkab Tegal.

“Saya melihat antusiasme warga yang luar biasa, sampai viral dan berjubel. Tahun depan kita gelar lagi dengan persiapan lebih matang,” ujar Bupati Ischak dalam sambutannya.

Dari penelusuran di lapangan, geliat usaha sate di Kabupaten Tegal memang ditopang oleh sektor peternakan kambing yang kebutuhan hariannya mencapai 400–500 ekor. Namun suplai lokal masih terbatas sehingga peluang pengembangan usaha masih terbuka lebar.

“Sate ini bukan sekadar makanan, tapi simbol kekayaan gastronomi Kabupaten Tegal,” tambah Ischak.

Tak hanya warga Tegal, festival ini juga menarik perhatian Bupati Blora Arief Rohman yang datang sebagai tamu sekaligus pecinta sate. Ia mengaku terinspirasi untuk membuat festival serupa di daerahnya.

“Ide ini keren dan kreatif. Kita sama-sama kota sate, hanya saja Tegal terkenal dengan sate kambingnya, sementara Blora khas dengan sate ayam,” tutur Arief.

Di tengah barisan antrean, saya menemui Nina (40), warga Kabunan, yang sudah mengantre sejak pagi. “Mantap, Mas. Rasanya khas Tegal banget. Semoga tiap tahun ada,” ujarnya sembari menunjukkan kupon yang berhasil ia dapatkan.

Masih di lokasi yang sama, Bupati Ischak juga meluncurkan Tegal Great Sale 2025—program diskon dan hadiah yang digagas Kadin Kabupaten Tegal dan berlangsung sepanjang 1–30 Desember 2025 untuk menggerakkan perekonomian lokal.

Festival ditutup saat senja mulai turun, tetapi aroma sate yang menempel di udara dan di baju para pengunjung seolah menjadi pengingat bahwa kuliner masih menjadi identitas kuat Kabupaten Tegal—dan hari itu, Slawi telah merayakannya dengan meriah.* (Mg02)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.