IKNews, BATAM – Gelaran Batam Batik Fashion Week (BBFW) 2025 bukan hanya unjuk busana. Di balik gemerlap catwalk dan tepuk tangan penonton, acara ini menunjukkan bagaimana batik khas Batam mulai mendapat tempat sebagai komoditas ekonomi kreatif yang menjanjikan.
Berlangsung di Dataran Engku Putri pada Sabtu (4/10/2025) malam, BBFW 2025 menghadirkan berbagai karya desainer lokal yang mengolah motif Batik Barelang menjadi busana modern. Lebih dari sekadar ajang mode, acara ini mencerminkan pergeseran sikap masyarakat terhadap batik lokal yang selama ini kurang mendapat perhatian.
Sejak peluncuran motif Batik Barelang dua bulan lalu, para pengrajin di Batam mencatat peningkatan omzet signifikan. Data yang dipaparkan oleh Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, menunjukkan bahwa total transaksi batik khas Batam telah menembus angka Rp1,4 miliar.
“Ini bukan hanya panggung fashion. Ini tentang bagaimana produk lokal kita, yang dulu mungkin dipandang sebelah mata, kini bisa menggerakkan ekonomi,” kata Amsakar saat menghadiri malam puncak BBFW bersama Wakil Wali Kota Li Claudia Chandra.
Lonjakan ini menjadi bukti bahwa batik tidak lagi sekadar budaya, tapi juga kekuatan ekonomi baru bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di Batam.
Peningkatan minat terhadap batik lokal tak lepas dari peran aktif UMKM, pengrajin, serta dukungan dari komunitas kreatif dan pemerintah daerah. Batik Batam kini mulai dipasarkan tidak hanya di kota sendiri, tetapi juga menjangkau pasar regional, termasuk wisatawan yang berkunjung ke Batam.
Tahun 2024, tercatat ada 4,6 juta kunjungan wisatawan, terdiri dari 1,3 juta turis mancanegara dan 3,3 juta wisatawan domestik. Amsakar melihat ini sebagai peluang konkret. Jika sebagian dari mereka membeli batik sebagai oleh-oleh, dampaknya akan signifikan bagi pelaku ekonomi lokal.
“Bayangkan jika setiap turis membawa pulang satu potong batik Batam, itu bukan hanya transaksi, tapi promosi budaya dan ekonomi yang tak ternilai,” tegasnya.
BBFW 2025 menjadi cerminan bagaimana kota Batam mulai membentuk identitas baru melalui ekonomi kreatif. Tak hanya menggugah minat pasar, tapi juga menguatkan rasa bangga masyarakat terhadap produk lokalnya sendiri.* (Mg-02)