IKNews, KENDAL – Meski puncak acara digelar di bulan Agustus namun sejumlah kegiatan masih berlangsung hingga bulan September 2024, dan finish penilaian di Dukuh Tegalsari lingkungan (Pasar Ngemplak) Minggu (01/09/2024).
Seperti halnya yang dilakukan warga dukuh Tegalsari RW 01 Desa Wonosari Kecamatan Patebon Kendal, dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekan ke-79 RI, padukuhan tersebut masih menggelar karnaval budaya dengan semarak.
Acara yang dikonsep begitu mewah dan megah untuk menghadirkan rasa bangga terhadap kreatifitas padukuhannya ini dihadiri oleh Kepala Desa, Dewan Yuri para tokoh agama, tokoh masyarakat, karang taruna, Babinsa, Babinkamtibmas, para pelaku UMKM dan pegiat seni, dunia pendidikan serta peserta lainnya dari unsur masyarakat.
Ada 7 Kontingen dengan mengusung tema, RT 01 Pangeran Timun, RT 02 Garut Koco, RT 03 Tari Gambyong, RT 04 Warok, RT 05 Tarian dari Papua (Dayak) RT 06 Nusantara dan Tari Gatut Koco, RT 07 Budaya Nusantara.
Rozikin sebagai Ketua Panitia Karnaval, “Acara ini diadakan setiap tahun sekali, acara karnaval ini tidak dilaksanakan di bulan Agustus karena kita mencari momen-momen di akhir Agustus,” ungkap Rozikin.
Tujuanya yang pertama, “Memperingati hari kemerdekaan Indonesia, yang kedua memperat dan mempersatukan di Wilayah RW 01 Dukuh Tegal Sari Desa Wonosari dan Khususnya di masyarakat Kendal, dan untuk tahun depan semoga lebih meriah dan lebih besar,” harap Rozikin.
Arif Suharsoyo sebagai Dewan Yuri, “Luar biasa ing atase tingkat RW tapi seperti mendunia, kalau tidak percaya datang ke sini pasti akan kagum, ini membutuhkan suatu perencanaan yang sangat matang, dari tempat biaya yang sangat tinggi, masyarakat rukun dan gotong-royong yang luar biasa, sepertinya tidak ada batasnya di sini yang maha hebat, sehingga menampilkan perform seperti itu hanya 7 RT, bisa di share di Facebook, YouTube, dan sebagainya,” imbuhnya Arif Suharsoyo.
Kalau kita tarik ke provinsi sudah layak dan pantas, dan kami sebagai dewan juri sudah obyektif tidak pilih manapun, yang jelas akan membidik tiga hal, yang pertama bagaimana yang performen, yang kedua harmonisasi antara poregrafi, tematik performed itu sendiri dan penampilannya yang layak tingkat RW itu sangat mahal baik teknis non teknis biaya maupun waktu dan tenaga.
Arif Suharsoyo, “Kami sudah memberikan masukan kepada tokoh-tokoh masyarakat sini bahwa juglak dan teknis jangan terlalu kaku, memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat,” pungkasnya Dewan Yuri.*
Peliput: Isti