Beranda Kab. Tapanuli Selatan Mahasiswi S2 Kesehatan Aufa Royhan Sebut Hipertensi Penyebab Kematian Terbanyak

Mahasiswi S2 Kesehatan Aufa Royhan Sebut Hipertensi Penyebab Kematian Terbanyak

126
0
Siti halimah mahasiswa S2 kesehatan Aufa Royhan

IKNews, TAPSEL – Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, sering kali muncul tanpa tanda-tanda atau gejala yang jelas, membuat banyak penderitanya tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit berbahaya ini. Kondisi ini dapat membahayakan nyawa, karena jika tidak diobati, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi serius.

Hipertensi terjadi ketika tekanan darah seseorang melebihi 140/90 milimeter merkuri (mmHg). Angka 140 mmHg merujuk pada tekanan sistolik, saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan angka 90 mmHg mengacu pada tekanan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks dan mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah. Tekanan darah normal umumnya berada di kisaran 120/80 mmHg.

Hipertensi : Pembunuh Senyap yang Mengintai Tanpa Tanda

Dikenal sebagai “silent killer” atau “pembunuh senyap”, hipertensi dapat muncul secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi, hingga menimbulkan komplikasi yang fatal. Misalnya, tekanan darah yang terlalu tinggi dapat merusak dinding pembuluh darah dan otot jantung, berisiko menyebabkan serangan jantung. Komplikasi lainnya termasuk gagal ginjal dan stroke.

 

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2015, sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Studi tersebut juga menyebut bahwa 1 dari 4 laki-laki dan 1 dari 5 perempuan di seluruh dunia saat ini berisiko menderita hipertensi.

“Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan terbanyak di seluruh dunia, baik di negara berkembang maupun maju. Setiap tahunnya, diperkirakan 10 juta orang meninggal akibat penyakit ini,” ujar Siti halimah mahasiswa S2 kesehatan Aufa Royhan.

Di Indonesia, hipertensi menempati urutan kelima sebagai penyebab kematian terbanyak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat dari tahun 2013 hingga 2018. Pada tahun 2013, prevalensi hipertensi tercatat sebesar 26,5 persen dari populasi usia dewasa, dan pada tahun 2018 naik menjadi 34,1 persen. Hipertensi juga menjadi penyebab utama gagal ginjal yang memaksa pasien menjalani cuci darah.

“Hipertensi juga disebut sebagai pintu masuk atau faktor utama yang menyebabkan penyakit jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke, dan banyak penyakit lainnya. Namun, stroke dan penyakit jantung adalah penyebab kematian tertinggi akibat hipertensi di Indonesia,” kata Siti Halimah, mahasiswa S2 kesehatan di Aufa Royhan.

Dengan tingginya prevalensi dan risiko yang ditimbulkan oleh hipertensi, kesadaran dan penanganan dini terhadap penyakit ini menjadi sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

(Mora Siregar)