
IKNews, JEMBER – Ada yang istimewa dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di Desa Cakru, Kecamatan Kencong, Jember. Di balik dinding tua Benteng Jepang peninggalan Perang Dunia II, ratusan warga berkumpul, bukan hanya untuk mengikuti upacara bendera—tetapi untuk merayakan kemerdekaan dengan hati, sejarah, dan keceriaan.
Sejak pagi, benteng yang dulu menjadi saksi bisu masa pendudukan Jepang, berubah menjadi ruang penuh semangat. Bendera Merah Putih berkibar di tengah gemuruh lagu kebangsaan, dan langkah tegap peserta upacara terasa menggema kuat dalam keheningan sejarah.
Namun, yang membuat momen ini berbeda adalah energi kebersamaan yang terasa begitu hangat. Dari anak-anak sekolah hingga para orang tua, dari ibu-ibu Dharma Wanita hingga pemuda desa, semuanya bersatu dalam satu semangat: merayakan kemerdekaan sebagai milik bersama.
“Benteng ini bukan cuma tempat bersejarah. Hari ini, ia menjadi panggung rakyat yang merdeka dalam semangat gotong royong,” ujar Kepala Desa Cakru, Heni Indrayani, yang tampak haru menyaksikan antusiasme warganya.
Usai upacara, suasana berubah total. Musik tradisional mengalun, mengiringi langkah para ibu menari dengan anggun. Gelak tawa anak-anak dan sorakan penonton membuat halaman benteng yang tadinya sakral, mendadak menjadi ruang pesta rakyat.
Tak ada batas usia, tak ada sekat status. Semua larut dalam kegembiraan. Joget bersama jadi simbol bahwa kemerdekaan bukan cuma soal sejarah perjuangan, tapi tentang hidup damai dan rukun hari ini.
“Kemerdekaan adalah amanah persatuan. Mari kita rawat lingkungan dan lestarikan warisan sejarah seperti Benteng Jepang ini,” ucap Camat Kencong, M. Nadmul Huda, yang hadir bersama jajaran Muspika Kencong.
Kapten Arm Juwari Indro Cahyo, Danramil Kencong, menambahkan, “Dari tempat inilah kita bisa menumbuhkan rasa bangga dan cinta tanah air.”
Sementara itu, Kapolsek Kencong AKP Sunarto, S.H., mengajak warga menjaga keamanan sebagai bentuk syukur atas kemerdekaan.
Di Cakru, kemerdekaan bukan sekadar seremoni tahunan. Ia hidup dalam tarian ibu-ibu, senyum anak-anak, hingga tangan yang saling menggenggam di tengah riuh joget bersama. Kemerdekaan, di desa kecil ini, menjadi denyut yang terus dijaga oleh rakyat dengan cara paling sederhana—dengan kebersamaan.*
Peliput: Sofyan