IKNews, BOLTIM – Di sebuah tikungan jalan kecil di Desa Nuangan Barat, pagi itu udara terasa berbeda. Bukan hanya karena mendung yang menggantung di langit, tapi juga karena suasana haru yang menyelimuti warga. Setelah berhari-hari tanpa pasokan air bersih, harapan mereka akhirnya datang—bukan dalam bentuk janji di atas meja, melainkan seorang pemimpin yang benar-benar hadir dan turun langsung ke lapangan.
Bupati Bolaang Mongondow Timur, Oskar Manoppo, datang tanpa protokoler rumit. Mengenakan kemeja sederhana dan sepatu lapangan, ia berdiri di antara warga, melihat langsung pipa-pipa yang sebelumnya terputus karena persoalan retribusi dan administrasi. Ia tak hanya meninjau, tapi langsung memerintahkan pemasangan kembali sambungan air.
“Air bersih itu hak dasar. Tidak boleh dihentikan hanya karena urusan teknis atau administrasi. Nanti kita atur ulang retribusinya dengan sosialisasi yang jelas. Tapi sekarang, pasang dulu pipanya, hidupkan airnya,” tegas Oskar kepada petugas di lokasi.
Pernyataan itu disambut haru oleh warga. Di antara mereka, seorang ibu paruh baya terlihat meneteskan air mata sembari memegang ember kosong—yang pagi itu, untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, akan kembali terisi.
“Kami merasa seperti diperhatikan, seperti punya tempat mengadu,” ujar Marlina, warga RT 3 yang mengaku harus menimba air dari sungai selama empat hari terakhir. “Bupati datang langsung, lihat sendiri kondisi kami. Itu bukan hal biasa.”
Bupati Oskar tak sendiri. Ia didampingi oleh Tenaga Ahli Bupati Hamka Pontoh, Sangadi Nuangan Barat, serta beberapa perangkat desa. Mereka berdiskusi cepat di tepi jalan, membahas langkah-langkah ke depan agar kejadian serupa tidak terulang.
“Masalah ini akan jadi bahan evaluasi. Regulasi retribusi air bersih perlu ditinjau ulang supaya tidak membebani warga. Harus adil, transparan, dan tidak mematikan hak dasar,” tambah Oskar.
Langkah cepat itu bukan sekadar respons spontan. Ia juga menyatakan siap bertanggung jawab penuh atas keputusan mengalirkan kembali air bersih tanpa syarat.
“Kalau perlu, saya jadi penjamin. Tidak boleh ada warga yang jadi korban hanya karena belum paham soal retribusi. Pelayanan dasar seperti air harus selalu tersedia,” katanya tegas.
Di tengah kepemimpinan yang sering kali terasa jauh dari rakyat, kehadiran Bupati Oskar di Nuangan Barat menjadi potret langka seorang pemimpin yang memilih berdiri bersama warganya saat krisis datang. Tidak dengan pidato panjang, tapi dengan aksi nyata.
Air kini kembali mengalir di rumah-rumah warga Nuangan Barat. Ember-ember penuh, senyum mulai kembali merekah. Di sela kesibukan harian yang belum tentu mudah, mereka tahu bahwa suara mereka didengar, dan hari itu, harapan mereka tak sia-sia.* (Mg-01)






