IKNews, BOLTIM — Di tengah rimbunnya pepohonan dan sejuknya udara pegunungan Goba’ Molunow, Kecamatan Mooat, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), puluhan perempuan muda tampak sibuk berdiskusi, mencatat, bahkan berdebat di tengah sesi pelatihan. Mereka bukan peserta seminar biasa, melainkan calon kader militan Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) yang sedang digembleng lewat Latihan Kader Dasar (LKD), Jumat (12/9/2025).
Bukan tanpa alasan kegiatan ini digelar jauh dari hiruk-pikuk kota. “Kami ingin peserta benar-benar fokus, tidak hanya hadir secara fisik, tapi juga batin,” kata Nina Paputungan, M.Pd, Ketua Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Boltim.
Sebanyak 50 peserta hadir, terdiri dari 35 utusan Pimpinan Anak Cabang (PAC) dari enam kecamatan dan 15 pengurus cabang. Mereka datang bukan hanya untuk mendapatkan sertifikat, tetapi untuk memahami secara mendalam akar ideologi, visi, dan misi organisasi perempuan muda NU ini.
“Ini bukan formalitas. Ini adalah fase pembentukan karakter. LKD adalah kawah candradimuka untuk melahirkan kader-kader perempuan yang tak hanya militan, tapi juga berakhlak dan berdedikasi tinggi,” ujar Nina serius.
Dengan mengangkat tema “Mewujudkan Kader Fatayat NU yang Militan, Berakhlakul Karimah serta Berdedikasi terhadap Organisasi,” para peserta ditempa untuk lebih dari sekadar aktif dalam struktural organisasi. Mereka diajak berpikir kritis soal peran perempuan dalam masyarakat, keberagamaan, hingga tantangan sosial di tingkat akar rumput.
Di sela-sela kegiatan, Ade Fira Pratiwi Mokodompit, S.Pd, selaku Sekretaris PC Fatayat NU Boltim, menyebut pelatihan ini sebagai “langkah strategis” dalam upaya menyiapkan perempuan-perempuan muda NU sebagai agen perubahan di desa-desa mereka.
“Kalau kita ingin perubahan yang nyata, kita harus mulai dari kapasitas individu. Dari desa, dari perempuan. Dari mereka yang sehari-hari bergulat dengan masalah nyata di masyarakat,” tegas Ade Fira.
Kegiatan LKD ini rencananya akan berlangsung selama tiga hari dengan berbagai materi: mulai dari pengenalan ideologi Ahlussunnah wal Jama’ah, teknik komunikasi organisasi, hingga simulasi advokasi masyarakat. Semua pemateri berasal dari kalangan NU, akademisi, dan aktivis perempuan yang telah malang melintang di dunia gerakan sosial.
Meski dihelat di lokasi yang cukup terpencil, semangat para peserta tampak tak surut sedikit pun. Di malam hari, alih-alih beristirahat, mereka justru sibuk berdiskusi dan mempersiapkan tugas kelompok. Beberapa bahkan terlihat membawa bayi mereka, membuktikan bahwa peran sebagai ibu tidak menghalangi kontribusi mereka dalam organisasi.
Ini bukan pelatihan biasa. Di sini, Fatayat NU Boltim sedang menyiapkan “pasukan sunyi” yang akan bekerja tanpa sorotan kamera, tapi berdampak nyata di tengah masyarakat. (Mg-01)