Boltim Siap Tancap Gas di Hilirisasi Perkebunan

oleh -234 Dilihat
oleh
Wakil Bupati Bolaang Mongondow Timur, Argo V. Sumaiku bersama Kepala Dinas Pertanian Boltim Sitti Aisah Buntuan menghadiri Rapat Koordinasi Hilirisasi Perkebunan se-Sulut yang dipimpin Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman di Kantor Gubernur Sulut, Jumat, 12 September 2025. Foto : Diskominfo Boltim

IKNews, BOLTIM – Di balik megahnya ruang rapat di Kantor Gubernur Sulawesi Utara pada Jumat (12/9/2025), satu hal jadi sorotan: Sulut sedang bersiap masuk era baru dalam sektor perkebunan, dan Bolaang Mongondow Timur (Boltim) memilih tak diam di pinggir.

Wakil Bupati Boltim, Argo V. Sumaiku, hadir langsung di tengah Rapat Koordinasi Hilirisasi Perkebunan se-Sulut yang dipimpin oleh Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman. Tak sekadar hadir, kehadiran Argo jadi sinyal kuat: Boltim siap menjemput bola.

Dalam rapat itu, Menteri Pertanian mengumumkan bantuan bibit dan benih untuk 41 ribu hektare lahan di Sulawesi Utara—klaimnya, ini adalah bantuan perkebunan terbesar sejak kemerdekaan. Lebih dari sekadar angka, ini adalah alarm yang membangunkan daerah-daerah penghasil komoditas untuk segera bergerak.

“Kita tidak lagi bisa hanya ekspor kelapa mentah atau pala kering. Hilirisasi adalah jawabannya. Petani harus bisa untung dari nilai tambah, bukan hanya hasil panen,” tegas Amran dalam pidatonya yang langsung disambut tepuk tangan panjang peserta rakor.

Boltim, sebagai salah satu wilayah yang memiliki potensi besar di sektor kelapa, pala, dan kakao, tampaknya tak mau jadi penonton dalam agenda besar ini. Diapit oleh Kepala Dinas Pertanian Boltim, Sitti Aisah Buntuan, Wabup Argo aktif mengikuti diskusi dan menyimak strategi hilirisasi dari pusat.

“Kami di Boltim sangat serius menyiapkan diri. Ini momentum. Kita punya lahan, petani, dan semangat. Tinggal bagaimana sinergi antarlevel pemerintahan bisa dijaga,” ujar Argo kepada wartawan usai acara.

Data yang disampaikan Wakil Gubernur Sulut, Victor Mailangkay, menunjukkan betapa besar potensi yang sedang digenggam. Sulut punya 403 ribu hektare perkebunan, sebagian besar kelapa, dengan 20 ribu hektare yang mendesak untuk diremajakan. Pada 2024, ekspor sektor ini mencapai Rp2,5 triliun, mayoritas berasal dari kelapa dan turunannya.

Kelapa, pala, kopi, dan kakao disebut sebagai empat komoditas emas Sulut. Bahkan, 15 ribu hektare disiapkan khusus untuk pengembangan pala—komoditas yang memiliki nilai jual tinggi di pasar global.

Namun di balik semangat dan pidato, ada PR besar: hilirisasi bukan hanya soal mesin dan pabrik, tapi juga soal kesiapan SDM, infrastruktur, dan kemitraan yang adil. Dan inilah yang harus dikejar oleh daerah-daerah seperti Boltim.

Wabup Argo menyebutkan, pihaknya akan segera melakukan identifikasi lahan dan petani potensial yang bisa masuk ke dalam program hilirisasi dan replanting. Ia juga menekankan pentingnya edukasi dan pendampingan agar petani tidak hanya jadi penerima bantuan, tapi juga pelaku utama dalam rantai produksi yang lebih menguntungkan.

Dengan hilirisasi, petani Boltim tak lagi hanya menjual kopra. Mereka bisa berharap lebih: minyak kelapa murni, tepung kelapa, bahkan ekspor langsung ke pasar internasional. (Mg–02)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.