IKNews, BOLSEL – Sejumlah petani di Desa Adow, Kecamatan Pinolosian Tengah, mulai memperkuat praktik pertanian berkelanjutan melalui pelatihan agroforestri yang digelar Wildlife Conservation Society (WCS) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara. Kegiatan ini didukung oleh Global Green Growth Institute (GGGI) dan melibatkan Perkumpulan Japesda dari Gorontalo.
Pelatihan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat pengelolaan koridor satwa liar di kawasan Bolaang Mongondow Selatan dengan mengintegrasikan praktik pertanian produktif dan konservasi lingkungan. Melalui pendekatan agroforestri, masyarakat didorong untuk menanam pohon dan tanaman produktif secara berdampingan guna menjaga tutupan lahan sekaligus meningkatkan pendapatan.
Muhammad Yakob Botutihe memfasilitasi sesi praktik lapangan, di mana peserta belajar langsung cara menata lahan dan memilih jenis tanaman sesuai kondisi lokal. Dari pihak WCS, hadir antara lain Muhammad Zar’an (Restoration Officer), Ramly Azwar (Community Development), dan Nabila Laili (Agroekologis).
Salah satu momen penting dalam pelatihan ini adalah kehadiran Parman, petani asal Gorontalo yang dikenal berhasil mengembangkan sistem agroforestri di desanya. Ia berbagi pengalaman bersama tim Japesda yang dipimpin Nurain dan Zainudin, dengan menekankan pentingnya kombinasi antara nilai ekonomi dan kelestarian ekologi dalam setiap praktik pertanian.
Menurut Sangadi Desa Adow, Amirudin T. Podomi, pelatihan ini memberi dampak positif bagi petani lokal.
“Kami berterima kasih atas pendampingan yang diberikan. Wawasan tentang agroforestri membantu petani kami melihat pertanian bukan hanya dari sisi hasil panen, tapi juga keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi langkah lanjutan dari program kolaborasi WCS, BKSDA Sulut, dan GGGI untuk memperkuat keterlibatan masyarakat dalam konservasi.* (mg01)






