Beranda Daerah Kotamobagu Kronologi Mengejutkan di Balik Kematian Pasien Caesar: Ini Penjelasan Pihak RSUD Kotamobagu

Kronologi Mengejutkan di Balik Kematian Pasien Caesar: Ini Penjelasan Pihak RSUD Kotamobagu

89
0
RSUD Kotamobagu saat menggelar konferensi pers terkait kematian pasien usai menjalani operasi sesar (SC) melahirkan. Kamis 07 Agustus 2025. (F: Gie)

IKNews, KOTAMOBAGU – Kasus meninggalnya seorang pasien ibu hamil di RSUD Kotamobagu menjadi sorotan publik dan memicu beragam spekulasi di media sosial. Menanggapi hal tersebut, pihak rumah sakit mengadakan konferensi pers untuk memberikan klarifikasi.

Dokter spesialis kandungan yang menangani pasien, dr. Tarti Manoppo, M.Kes, SpOG, menegaskan bahwa keputusan terkait metode persalinan, baik normal maupun operasi caesar, telah sepenuhnya diserahkan kepada keluarga.

Apa yang Terjadi?

Pasien berusia 37 tahun dengan riwayat hipertensi datang ke RSUD Kotamobagu pada hari Minggu, 6 Agustus 2025. Menurut dr. Tarti, kondisi pasien tergolong kehamilan risiko tinggi (high risk pregnancy) karena usia dan riwayat penyakitnya.

“Saya sampaikan ke pasien bahwa persalinan dengan cara caesar memiliki risiko, seperti pendarahan, atau karena riwayat darah tinggi si ibu, bisa terjadi kematian di meja operasi. Itu semua sudah dijelaskan saat pasien periksa kehamilan di tempat praktik saya,” terang dr. Tarti.

Saat itu, pasien dan keluarga meminta waktu untuk berunding, sehingga tidak ada surat pengantar operasi yang diberikan.

Kapan dan Bagaimana Pasien Masuk RS?

Pasien masuk pada hari Minggu siang, 6 Agustus 2025, tanpa surat pengantar dari dokter. Ia hanya membawa hasil USG. Meskipun demikian, pihak keluarga tetap memberikan persetujuan untuk operasi. Dr. Tarti menekankan bahwa pasien memiliki waktu satu hari untuk berdiskusi dengan keluarga sebelum operasi dilakukan pada keesokan harinya, Senin, 7 Agustus 2025.

Proses operasi caesar berjalan lancar pada awalnya. Bayi berhasil dilahirkan dan berjenis kelamin perempuan. Namun, masalah terjadi di tahap akhir operasi.

Mengapa Pasien Meninggal?

Menurut dr. Tarti, pasien mengalami henti jantung secara tiba-tiba saat ia sedang menjahit bagian kulit luar dan melakukan prosedur sterilisasi sesuai permintaan pasien. “Saya berwajib tetap selesaikan tugas saya dan tidak ada pendarahan sama sekali,” jelasnya.

Setelah henti jantung, pasien langsung dipindahkan ke ICU, namun nyawanya tidak dapat diselamatkan.

Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Kotamobagu, dr. Angel Yecylia, menambahkan bahwa kondisi henti jantung tidak bisa diprediksi. Ia juga meluruskan isu terkait tidak adanya rujukan ke rumah sakit lain.

Pihak RSUD telah berupaya maksimal untuk merujuk pasien, namun seluruh rumah sakit rujukan di Manado saat itu dalam kondisi penuh.

Pihak RSUD Kotamobagu, bersama dr. Tarti Manoppo, menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga pasien.

Mereka berharap masyarakat tidak mudah termakan isu miring dan memahami bahwa seluruh prosedur medis telah dilakukan sesuai standar, mengingat kondisi pasien memang masuk dalam kategori kehamilan risiko tinggi.***

Reporter: Gie