
IKNews, NGANJUK – Tahukah kamu kalau Kabupaten Nganjuk punya sejarah panjang yang dimulai sejak zaman kerajaan kuno di Jawa? Nganjuk bukan cuma dikenal dengan kota angin atau tempat persinggahan di jalur Jawa Timur, tapi ternyata daerah ini menyimpan kisah bersejarah sejak abad ke-10.
Dikutip dari artikel ilmiah oleh Arfianto (2024) yang berjudul ‘Sejarah Kabupaten Nganjuk’ Asal-usul Kabupaten Nganjuk tidak lepas dari pergeseran kekuasaan besar yang terjadi pada masa Kerajaan Medang di Jawa Tengah. Ketika itu, kerajaan mengalami kemunduran akibat konflik antara wangsa Sanjaya dan Sriwijaya, serta letusan dahsyat Gunung Merapi. Akibat situasi yang tak lagi kondusif, Raja Wawa akhirnya memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan kerajaan Medang ke wilayah timur.
Dalam pelariannya, para keturunan wangsa Sanjaya yang dipimpin oleh Rakai Hino Pu Sindok bergerak menuju kawasan antara Gunung Lawu dan Gunung Wilis. Di tempat ini, mereka menemukan perlindungan di sebuah wilayah bernama Kekatikan Sri Jayamerta, yang dipimpin oleh Samgat (setingkat kepala daerah) Pu Anjuk Ladang.
Masyarakat Sri Jayamerta dikenal tangguh dan berani. Mereka memberikan pertolongan kepada Pu Sindok dan pasukannya, yang saat itu sedang dalam kondisi terdesak. Sebagai bentuk penghargaan atas keberanian dan pengorbanan rakyat Sri Jayamerta, setelah naik takhta dan membangun dinasti baru di tepian Sungai Brantas, Pu Sindok mengangkat wilayah tersebut menjadi daerah sima swatantra—suatu bentuk otonomi daerah dalam hal pengelolaan pajak.
Anugerah tersebut ditandai dengan pendirian sebuah prasasti berbentuk Jayastamba, yaitu tugu kemenangan yang menyerupai senjata Dewa Wisnu (curik), serta candi kabaktyan bernama Prasada Sri Jayamerta. Kedua simbol ini menjadi penanda spiritual sekaligus historis dari keberadaan wilayah yang kini dikenal sebagai Nganjuk. Prasasti itu memiliki penanggalan candrasengkala dengan nilai tahun 859 Saka atau bertepatan dengan 10 April 937 Masehi.
Penetapan wilayah sebagai sima menjadi peristiwa penting, karena status ini menunjukkan kepercayaan dan kehormatan tertinggi dari raja kepada suatu daerah. Upacara penetapan tersebut dikenal dengan sebutan manusuk sima, yakni ritual resmi kerajaan untuk menandai pemberian hak otonomi.
Nama Sri Jayamerta pun perlahan tergantikan oleh nama Anjuk Ladang, sebagai bentuk penghormatan terhadap Samgat yang memimpin wilayah tersebut. Dari sinilah, cikal bakal Kabupaten Nganjuk bermula.
Dalam perkembangan berikutnya, daerah Berbek muncul sebagai pusat pemerintahan yang memiliki peran besar dalam pembentukan Kabupaten Nganjuk modern. Berbek pernah dipimpin oleh Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo I, tokoh penting dalam sejarah lokal. Meski catatan pasti tentang kapan Berbek diangkat menjadi kabupaten belum dapat dipastikan, perannya sebagai poros awal pemerintahan Nganjuk tidak bisa diabaikan.
Dengan akar sejarah yang kuat, Kabupaten Nganjuk hari ini berdiri sebagai wilayah yang tidak hanya kaya akan budaya dan tradisi, tetapi juga memiliki jejak sejarah panjang yang menjadi fondasi identitas masyarakatnya.*
Laporan : Romawatik