Beranda Daerah Boltim Bupati Boltim Semangat Gotong Royong kini Bangkit di Tanah Matahari Pagi

Bupati Boltim Semangat Gotong Royong kini Bangkit di Tanah Matahari Pagi

96
0
Gambar: Bupati Boltim Semangat Gotong Royong kini Bangkit di Tanah Matahari Pagi.

IKNews, BOLTIM – Ada fenomena menarik yang terlihat jelas akhir-akhir ini di Tanah Matahari Pagi Bolaang Mongondow Timur (Boltim), bahwa Semangat gotong royong kini mulai bangkit. Tradisi gotong royong merupakan warisan sejarah dan budaya Bangsa ini sesungguhnya adalah sumber kekuatan yang perlu terus di tumbuhkan di tengah masyarakat.

Semangat gotong royong adalah jiwa kebersamaan dan saling membantu dalam masyarakat Indonesia. Ini adalah budaya yang mendorong kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan telah menjadi bagian penting dari identitas bangsa. Gotong royong juga merupakan perwujudan dari nilai-nilai Pancasila, khususnya sila ketiga yang menekankan persatuan Indonesia. Di masa lalu, gotong royong menjadi kekuatan dalam menghadapi tantangan, seperti saat perang kemerdekaan.

Saat ini, semangat gotong royong terus relevan dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk dalam mengatasi dampak efisiensi dan distorsi modernitas dengan laju perkembangan teknologinya. Setidaknya Budaya Kerja sama dalam semangat gotong Royong ini dapat menjadi oase kesadaran partisipatif masyarakat dalam mewujudkan pembangunan bangsa terlebih Daerah semacam Boltim ini.

Membangun tradisi Gotong Royong adalah sebentuk “Tonggina bo Koyow in Mogoguyang” yang seharusnya lestari sepanjang jaman, bahwa Gotong Royong dalam termonologi bahasa mongondow di sebut dengan “Momosad” yang secara simbolik tertulis dalam logo Daerah Boltim, sudah sepatutnya tercermin dalam perilaku dan budaya masyarakatnya, bahwa Momosad ini bukan sekedar istilah atau slogan semata, tapi sesungguhnya cerminan karakter masyarakatnya.

Tradisi epic historia ini jangan sampai tergerus arus jaman yang makin individualistik, yang rentan terhahdap dehumanisasi (hilangnya rasa manusiawi) akibat digitalisasi yang di salah gunakan, yang pada akhirnya mengiring pada menurunya rasa kepakaan sosial dan pengabaian terhadap kondisi lingkungan serta ketergantungan berlebihan pada hal-hal yang instan. Maka di sinilah Gotong royong, atau tradisi Momosad sebagai nilai budaya, menghadapi tantangan distorsi sosial di era modern. Meskipun semangat kebersamaan masih ada, individualisme dan kepentingan ekonomi seringkali mengikis nilai-nilai momosad. Distorsi ini dapat berupa pergeseran fokus dari kepentingan bersama menjadi kepentingan pribadi, atau munculnya sikap pragmatis dalam interaksi sosial.

Menyadari sepenuh hati problematika ini, Bupati dan Wakil Bupati Boltim Bapak Oskar Manoppo, S.E, M.M dan Bapak Argo Sumaiku dalam manifesto Visi Boltim Bangkit mendorong semangat dan tradisi Gotong Royong atau Momosad ini sebagai rumusan strategis operasional pemerintahan yang di mulai dari level Pemerintahan dan Masyarakat Desa sebagai ujung tombak pembangunan daerah. Bahkan semangat kebersamaa, kepekaan sosial dan soliditas partisipatif ini, sejak keduanya masih dalam proses dan tahapan Pilkada sudah menerpakan tradisi gotong royong dan momosad ini dan ini kemudian menjadi kekuatan akar rumput yang menghantarkan keduanya terpilih untuk memimpin Boltim mewujudkan komitmen Boltim Bangkit.

Semoga semangat Momosad (Gotong Royong) yang mulia dan berguna ini dapat terus di canangkan tidak hanya sebagai polarisasi semata, tapi menjadi tradisi dan budaya pembangunan sosial, pemerintahan, kemasyarakatan yang bertumbuh dan memiliki dampak adaptif terhadap nilai-nilai kearifan lokal dan menjadi filterisasi produktif terhadap perkembangan modrnitas teknologi jaman untuk kemudian menjadi kekuatan peradaban Boltim Bangkit.*

Peliput: Muklas