IKNews, Politik – Gaya kampanye Yasti Soepredjo Mokoagow (YSM) dengan isu “Darah” dalam konsep kampanye “3D” mendapat kritik tajam dari Djainudin Damopolii. Djainudin, tokoh masyarakat Mongondow, menyebut penggunaan istilah “darah” dalam kampanye YSM sebagai provokasi yang berpotensi memecah belah persatuan masyarakat Mongondow.
Menurut Djainudin, retorika yang mengangkat isu “darah” sebagai simbol perjuangan politik dinilai berbahaya dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh suku Mongondow. “Isu ‘darah’ ini bukan sekadar kata, tapi bisa membangkitkan emosi yang memecah belah. Kampanye seharusnya menyatukan, bukan memprovokasi,” tegas Djainudin dalam kampanye dialogis di Desa Bilalang 2.
Masyarakat Mongondow, yang dikenal dengan sikap sopan santun dan kearifan lokal, memandang bahwa istilah “darah” terlalu sensitif dan dapat menimbulkan konflik di tengah masyarakat. Djainudin menegaskan bahwa dalam budaya Mongondow, persatuan dan harmoni sosial harus diutamakan, dan penggunaan retorika keras seperti itu dianggap tidak pantas.
Di tengah semakin panasnya suasana politik, Djainudin mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara persaingan politik dan menjaga persatuan. Ia menyerukan agar para calon pemimpin, termasuk YSM, lebih berhati-hati dalam menggunakan bahasa yang berpotensi memecah belah dan menghormati karakter dan nilai-nilai masyarakat Mongondow.
Reaksi masyarakat pun beragam, dengan banyak pihak merasa bahwa isu “darah” yang diangkat YSM lebih memecah belah daripada menyatukan. Djainudin menyampaikan harapannya agar kampanye tetap berlandaskan pada nilai-nilai kearifan lokal dan tidak menjadi ajang provokasi yang mengancam keharmonisan sosial.***
 dengan isu "Darah" dalam konsep kampanye "3D" mendapat kritik tajam dari Djainudin Damopolii. Djainudin, tokoh masyarakat Mongondow, menyebut penggunaan istilah "darah" dalam kampanye YSM sebagai provokasi yang berpotensi memecah belah persatuan masyarakat Mongondow){kind=link}