Beranda Daerah Kotamobagu Menjelang Bulan Suci Ramadhan 2023, Harga Beras di Kotamobagu Naik

Menjelang Bulan Suci Ramadhan 2023, Harga Beras di Kotamobagu Naik

135
0
Menjelang Bulan Suci Ramadhan 2023, Harga Beras di Kotamobagu Naik (Foto Irsat Ganggai)

IKNews, Kotamobagu – Menjelang bulan Ramadan 2023, harga beras di Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut) terpantau mengalami kenaikan. Dari pantauan langsung harga beras di dua titik yang berada di Kotamobagu, yaitu Pasar Genggulang dan para penjual beras yang berlokasi di depan Masjid Agung Baitul Makmur Kotamobagu, Minggu (27/2/2023), harga beras di tingkat pengecer terus mengalami kenaikan.

Pengakuan beberapa pedagang beras yang ditemui di kedua titik tersebut, menyebut bahwa sejak Januari 2023 harga beras mulai naik dari harga awal Rp 10 ribu menjadi Rp. 12.500 hingga Rp 13 ribu per kg.

Usman (54 tahun), salah satu pedagang beras yang berjualan menggunakan mobil pick up di Pasar Genggulang, menjelaskan bahwa kenaikan harga berlaku untuk beras jenis Serayu, beras Superwin dan beras pulo.

“Untuk beras Serayu dan Superwin harganya sama Rp 13 ribu per kg. Namun harga itu bisa berbeda tergantung kualitas beras. Sedangkan beras pulo harganya Rp 18 ribu per kg,” jelas Usman, akhir pekan lalu.

Usman juga mengungkapkan bahwa beras yang ia jual bukan berasal dari petani di Kotamobagu, melainkan dari Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) tepatnya dari Kecamatan Dumoga. Namun jikalau di Dumoga tidak ada stok, tak jarang dirinya mengambil beras dari penyuplai yang datang dari Makassar, Sulawesi Selatan

“Beras-beras ini dari Dumoga, langsung dari gilingan padi. Tapi ada juga dari Makassar, karena kadang yang dari Dumoga harganya mahal, karena lagi ada perbaikan irigasi di sana,” ungkap Usman.

Penjual lainnya, Doni (35), yang berjualan di depan Masjid Agung Baitul Makmur Kotamobagu, memberikan keterangan bahwa harga beras yang ia jual juga mengalami kenaikan. Tetapi harganya lebih murah Rp 500 dari yang dijual pedagang di Pasar Genggulang.

“Harga normal biasanya antara harga Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu. Kami juga mengeluh dengan kenaikan harga ini. Namun mau bagaimana lagi, ini akibat hasil panen yang turun dan juga faktor cuaca sehingga harga beras semakin mahal,” ujar Doni.

Doni menerangkan bahwa pembeli juga dapat mengambil ukuran per koli. Satu koli ada yang 50 kg dijual Rp 620 ribu dan ada yang ukuran 60 kg seharga Rp 740 ribu.

Ibu Rumah Tangga Mengeluh

Kenaikan harga beras ini juga dikeluhkan oleh ibu rumah tangga. Seperti, Neneng R Mokodongan (60), yang ditemui saat berbelanja di Pasar Genggulang.

Ia mengeluhkan mahalnya harga beras saat ini. Neneng mengaku sebelumnya membeli beras dengan harga Rp 10,5 ribu. Namun semenjak Februari harga beras semakin meningkat.

“Menurut saya beras dengan harga Rp 13 ribu itu sudah mahal. Sebelum ini, masih ada penjual di mobil pick up yang menjual dengan harga Rp 10,5, itu pun sudah kualitas beras terbaik,” keluh Neneng.

Menanggapi keluhan dari masyarakat tersebut, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Ariono Potabuga saat diwawancarai di ruangannya, mengatakan bahwa Pemerintah akan terus berupaya menurunkan harga beras dengan melakukan operasi pasar yang diadakan setiap hari Senin.

“Kami berupaya untuk menstabilkan harganya dengan menggelar operasi pasar secara rutin, yang dilakukan setiap hari Senin. Akan lebih bagus lagi jika harganya kita bisa tekan ke angka yang moderat, yakni di angka Rp 12 ribu per kg. Karena memang untuk harga beras ada dua faktor yang harus dipertimbangkan. Faktor petani, tentu mereka berharap harga naik, tetapi konsumen berharap harganya murah,” jelas Ariono.

Ariono juga mengimbau agar masyarakat Kotamobagu tidak perlu panik, dan tidak usah melakukan stok yang banyak, karena hanya akan memperburuk harga beras.

“Karena satu komoditas atau produk akan semakin mahal jika semakin langka. Tetapi komoditas yang harganya dikontrol oleh pemerintah itu tidak mungkin akan naik, contohnya minyak Goreng Kita itu tidak boleh dijual lebih dari Rp 14 ribu per liter,” ungkap Ariono.

Ia juga mengajak masyarakat untuk sama-sama mengawasi harga pangan di Kotamobagu. Jika menemukan ada yang salah segera sampaikan.

“Kalau ada yang main-main dengan harga, kita juga punya Satgas Pangan yang melibatkan Polres Kotamobagu. Dan jika ada yang menyalahi itu akan ditindak,” tegas Ariono.

Bulog Jamin Stok Beras Aman

Sementara itu, Kepala Perum Subdrive Bulog Bolmong, Meydi Maxi Wongkar menyampaikan bahwa untuk stok beras hingga bulan Ramadan sampai akhir tahun 2023 dipastikan aman.

“Untuk stok saat ini yang ada di gudang masih cukup untuk dua hingga tiga bulan ke depan. Nantinya kami juga akan ketambahan stok beras dari Surabaya, sekitar 250 hingga 300 ton,” kata Meydi.

Ia juga menyampaikan jika ada masyarakat yang ingin langsung membeli beras di gudang Bulog, pihaknya sangat terbuka.

“Kami sangat terbuka bahkan untuk konsumen akhir (masyarakat) kami layani di kantor langsung. Bisa beli 5 kg, ada juga yang beli 10 kg,” jelasnya.

Dilihat pada website Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) Bank Indonesia, harga komoditas pangan beras di Kotamobagu sepanjang Februari 2023, rata-rata dijual seharga Rp 13.100 per kg. Harga ini jauh lebin tinggi dari harga rata-rata secara nasional, dimana harga jual per kilogram masih dalam kisaran Rp 11.200 hingga Rp 12.250 per kilogram.

Untuk harga beras di Sulut secara rata-rata, sesuai data yang dilihat pada PIHPS Nasional tersebut, sepanjang Februari dijual pada angka Rp 12.800 per kg.

Dari amatan di beberapa pasar, beras yang diperjualbelikan di Sulut saat ini selain berasal dari hasil produksi petani di Sulut juga didatangkan dari luar daerah. Para pengecer mengaku kebanyakan pasokan stok mereka berasal dari Sulawesi Selatan.

Dari data yang diakse di website BPS Provinsi Sulut, diketahui bahwa produksi beras di Sulut terus mengalami penurunan. Jika pada 2018 total produksi beras di Sulut mencapai 182.766,43 ton per tahun, maka pada tahun 2021 produksi beras di Sulut hanya mencapai 128.017,53 ton.

Kabupaten Bolaang Mongondow yang selama ini dikenal sebagai lumbung beras Sulut, menjadi penyumbang terbesar turunnya produksi beras di Sulut.

Reporter: irsat ganggai

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini